Selasa, 26 November 2013

HALAMAN FACEBOOK VERSI NGAKAN NYOMAN DIARSE


Om Swastyastu...
Halo semeton sareng sami, etemu lagi dengan saya. Sebelumnya saya telah membuat halaman twitter yang tampilannya lumayan mirip dengan yang aslinya, tapi masih acak-acakan. hehehe...
Nah disini saya juga coba membuat halaman facebook menggunakan html + css dan hasilnya lumayan mirip dengan tampilan halaman facebook yang asli.
Langsung saja anda buka dulu notepad atau notepad++ yang ada di laptop anda, kemudian buat script html dengan judul facebook.html atau copy script di bawah ini:

facebook.html
<html>
<head>
<link rel="shortcut icon" href="fb.jpg" />
<title>Facebook</title>
<link rel="stylesheet" href="facebook.css" type="text/css" />

</style>
</head>
<body>
<div class="header">
<div class="logo">facebook</div>
<div class="kotak">
<br/>
<input type="button" value="Masuk" id="button_masuk">
<br/>
</div>

<div class="kotak">
Password :
<br/>
<input type="text" size=20>
<br/>
Lupa kata sandi Anda?
</div>

<div class="kotak">
Email :
<br/>
<input type="text" size=30>
<br/>
<input type="checkbox">Biarkan saya tetap masuk
</div>
</div>

<div class="isi">
<div class="isi_kiri">
<br/>
<br/>
Facebook membantu Anda terhubung dan berbagi dengan orang-orang<br />
dalam kehidupan Anda di Indonesia.<br />
<img src="jaringan.jpg" width="612"height="312">
</div>
<div class="isi_kanan">
<br/>
<br/>
<font size=5><b>Mendaftar</b></font><br/>
Gratis, sampai kapanpun
<hr color="#CCCCCC" width="400" align="left"/>

<table cellpadding=5>
<tr>
<td>Nama Depan</td>
<td> : <input type="text" size=30/></td>
</tr>

<tr>
<td>Nama Belakang</td>
<td> : <input type="text" size=30/></td>
</tr>

<tr>
<td>Email Anda</td>
<td> : <input type="text" size=30/></td>
</tr>

<tr>
<td>Masukkan Ulang Email</td>
<td> : <input type="text" size=30/></td>
</tr>

<tr>
<td>Kata Sandi Baru</td>
<td> : <input type="password" name="userpassword" size=30 /></td>
</tr>

<tr>
<td>Saya Seorang</td>
<td> : <select name="kelamin">
<option>Wanita</option>
<option>Pria</option>
</select></td>
</tr>

<tr>
<td>Tanggal Lahir</td>
<td> : <select name="tanggal">
<option>01</option>
<option>02</option>
<option>03</option>
<option>04</option>
<option>05</option>
<option>06</option>
<option>07</option>
<option>08</option>
<option>09</option>
<option>10</option>
<option>11</option>
<option>12</option>
<option>13</option>
<option>14</option>
<option>15</option>
<option>16</option>
<option>17</option>
<option>18</option>
<option>19</option>
<option>20</option>
<option>21</option>
<option>22</option>
<option>23</option>
<option>24</option>
<option>25</option>
<option>26</option>
<option>27</option>
<option>28</option>
<option>29</option>
<option>30</option>
<option>31</option>
</select>

<select name="bulan">
<option>Januari</option>
<option>Februari</option>
<option>Maret</option>
<option>April</option>
<option>Mei</option>
<option>Juni</option>
<option>Juli</option>
<option>Agustus</option>
<option>September</option>
<option>Oktober</option>
<option>November</option>
<option>Desember</option>
</select>

<select name="tahun">
<option>1980</option>
<option>1981</option>
<option>1982</option>
<option>1983</option>
<option>1984</option>
<option>1985</option>
<option>1986</option>
<option>1987</option>
<option>1988</option>
<option>1989</option>
<option>1990</option>
<option>1991</option>
<option>1992</option>
<option>1993</option>
<option>1994</option>
<option>1995</option>
<option>1996</option>
<option>1997</option>
<option>1998</option>
<option>1999</option>
<option>2000</option>
</select>
</td>
</tr>

<tr>
<td></td>
<td><font size=2>Mengapa saya perlu mengisinya?</font></td>
</tr>
</table>

<input type="button" value="Mendaftar" id="button_mendaftar">
<hr color="#CCCCCC" width="400" align="left"/>
<font size=2>Buat halaman <font color="#999999">untuk selebritis, grup musik, atau bisnis</font></font>
</div>
</div>

<div class="footer" align="center">
Facebook &copy; 2013 Ngakan Nyoman Diarse
<hr color="#CCCCCC"><br/>
<center>Perihal Iklan Pengembang Karir Ketentuan . Cari Teman Privasi Seluler Pusat Bantuan Blog Widget</center>
</div>
</body>
</html>

kebudian buat script cssnya dengan judul facebook.css atau bisa langsung dicopy scrip di bawah ini:

facebook.css
<!--.header {
float: left;
background-color: #003366;
height: 60px;
margin: 0px auto;
width: 1330px;
padding: 10px;
}
.logo {
float: left;
height: 50px;
font-family: calibri;
font-size: 45px;
font-weight: bold;
color: #FFFFFF;
margin:2px 12px;
}
.kotak {
float: right;
height: 100px;
padding: 5px;
font-family: arial;
font-size: 10px;
color: #FFFFFF;
}
#button_masuk{
background-color: #003366;
color: #FFFFFF;
}
#button_mendaftar{
background-color: #006600;
color: white;
margin: 0px 190px;
}
.isi {
float: left;
height: 470px;
width: 1348px;
background-color: #FFFFFF;
padding: 0px;
}
.isi_kiri {
float: left;
width: 650px;
font-size: 18px;
font-family: arial;
color: #003366;
font-weight: bold;
margin: 0px 20px;
}
.isi_kanan {
float: right;
width: 507px;
font-family: arial;
color: #003366;
margin: 0px 0px;
}
.footer {
clear: both;
width: 1348px;
height: 20px;
background-color: #FFFFFF;
font-family: arial;
font-size: 12px;
font-weight: bold;
color: #003399;
}

Simpan script-script di atas di dalam satu folder misal nama folder facebook, lalu simpan gambar di bawah ini di folder facebook tersebut beserta script-script di atas.

fb.jpg


jaringan.jpg


Inilah hasil halaman facebook yang saya buat menggunakan html+css.


Terima kasih semoga bermanfaat...^_^. Om Shant Shanti Shanti Om.

Rabu, 20 November 2013

CARA MENGATASI MASALAH HOSTPOT/WI-FI

Menggunakan Akses Wifi (terutama yang gratis) memang mengasyikan buat yang berkantong dangkal, selain lebih mudah juga kita tidak perlu dipusingkan dengan masalah kabel LAN, tinggal aktifkan Wifi di Laptop, tunggu sampai proses scaning selesai dan akhirnya saya n anda bisa connet internet dan mulai berlari di dunia maya. Namun ada saatnya kita mengalami berbagai masalah Wifi, seperti tidak bisa connect atau Wifi udah connect tapi ternyata kita tidak bisa internetan. Berikut ini adalah beberapa masalah Wifi yang seri dihadapi dan solusi untuk mengatasinya.

Masalah Wifi Pertama : No Wireless Connection
Aneh, memang padahal kita sudah berada di area hotspot atau Wifi, tapi sang Laptop malah memberikan notifikasi No Wireless Connection. sungguh riskan cuy.... Solusi untuk masalah seperti ini diantaranya adalah
Cek, jangan-jangan koneksi Wifi di Laptop you belon di ON atau masih Disable
Coba beralih ke tempat yang lebih dekat dengan Router atau Acces Point(mungkin dibawah antenenya) dan tentunya hindari penghalang seperti tembok atau peralatan lainnya yangbisa mengkibatkan sinyal Wifi terganggu. jangan didalam sumur.
Bisa juga dicoba untuk me-restart atau Reset Wifi Router atau Acces Point
Cek SSID, kebanyakan laptop atau handphone akan menemukan secara otomatis SSID dari router atau Acces Point Wifi, namun jika ternyata SSID tersebut di hidden untuk alasan keamanan, maka Anda harus menambahkan SSID secara manual cuyyy.
Pastikan Network Card menemukan secara otomatis IP dan Gateway setting
Jangan lupa pastikan untuk driver untuk Network Card atau Wifi di Laptop sudah uptodate
Jika Anda menggunakan Windows 7, gunakan fitur Repair Connection, dimana Windows 7 akan secara otomatis mengatasi masalah yangberhubungan dengan koneksi yang error.

Masalah Wifi Kedua: Wireless Connection but No Internet Access
Pasti Anda seringkan mengalami dimana Wifi Sudah Connect tapi Tidak Bisa Internetan atau Tidak bisa Connect ke Internet. Beberapa solusi berikut bisa membantu Anda untuk mengatasi masalah seperti ini.
Cek Wireless Router – pertama Login sebagai Admin di Wireless Router, pada network status pastikan bahwa koneksi internetnya emang sudah normal alias lancar dan tidak mengalami masalah.
Buka dulu Browser. Karena di beberapa tempat atau Hotspot seperti di warnet-warnet terkadang ada halaman Login untuk bisa memulai menggunakan Wifi. Jadi begitu tersambung ke Wifi, jangan langsung cek email atau pesbukan tapi buka dulu Browser
Masukan ulang kode WEP. Beberapa Hotspot memang dilindungi dengan proteksi baik itu WPA, WEP atau WPA2 jadi pastikan bahwa Anda telah memasukan kode keamanan dengan benar
Cek Mac Anddress Filtering
Coba menggunakan DNS Server yang lain

Masalah Wifi Ketiga : Sinyal Wifi Drop atau Turun Naik dan Tidak Stabil
seperi teman saya yg agak katrok( bkn mengejek cuyy) Saat melihat indikator sinyal wifi di area notifikasi, terlihat bahwa sinyal Wifi turun naik alias tidak stabil dia me membalikan laptopnya agar sinyalnya naik otomatis wkwwkwkwkk, untuk mengatasi masalah seperti ini.
Pastikan ente berada tidak terlalu jauh di area Wifi, beberapa hotspot kadang hanya punya jangkauan 50 meter seperti di warnet-warnet, jadi pastikan bahwa Anda duduk di tempat yang tidak terlalu jauh dan juga tidak terhalang oleh tembok atau penghalang lainnya.

Dari sumber terpercaya.....

CARA MEMPERBAIKI WIFI LAPTOP

Dengan pengalaman saya. saya baru tahu bahwa wifi laptop ada yang sering rewel dengan masalah koneksi (koneksinya terputus putus atau wifi nya sering tida terdeteksi) nah bagai mana solusinya?dengan cara ini mudah mudahan masalah anda terjawab tuntas.
Langkah ke 1 tekan WINDOW + R yang ada di keyboard lalu muncul seperti gambar di bawah
kemudian ketikan SERVICES.MSC dan klik ok
setelah muncul jendela services maka kita cari WLAN AutoConfig kemudian restart seperti petunjukgambar di bawah
restartnya salah satu aja ya !!!

Jumat, 01 November 2013

CARA MEMBUAT HALAMAN BERBEDA DALAM SATU FILE DI MS WORD 2007

Dalam membuat sebuah buku, skripsi, proposal atau apalah namanya yang berupa naskah dengan banyak halaman, biasanya disertai dengan halaman daftar isi yang memuat topic atau bahasan yang ada dalam buku atau skripsi tersebut dan dicantumkan juga nomor halaman atau page number.Dalam aturan pemberian nomor halaman terdapat dua format nomor halaman, yaitu format nomor halaman dengan angka romawi kecil, dan penomoran halaman dengan menggunakan angka standart. Penomoran halaman dengan angka romawi kecil yaitu I, ii, iii, dst biasanya diberikan mulai halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto, sampai dengan halaman daftar isi atau kata pengantar. Sedangkan normor halaman yang menggunakan angka standart 1, 2, 3, dst diberikan pada halaman Bab I Pendahuluan dan seterusnya.
Dan biasanya aturan letak memberikan nomor halaman juga berbeda. Halaman judul sampai dengan kata pengantar yang menggunakan angka romawi kecil biasanya terletak di bagian footer dan center (berada di tengah-tengah). Sedangkan halaman BAB I Pendahuluan dan seterusnya menggunakan angka standart dan nomor halamannya terletak pada footer sebelah kanan (right) kecuali pada setiap halaman BAB berada pada header ( atas) sebelah kanan.
Untuk mengatur seperti tersebut diatas, biasanya penulis atau yang ngetik naskah membagi menjadi dua atau tiga file yang terdiri dari file yang berisi halaman judul dan satunya lagi file dengan halaman dengan nomor angka standart (BAB I, dst). Namun hal tersebut dapat kita jadikan menjadi satu file saja yang terdiri dari halaman dengan nomor romawi dan halaman dengan nomor angka standart. Untuk itu anda harus membuat section break. Dan berikut ini caranya :
1.      Ketik semua naskah buku, skripsi, proposal, laporan dan sebagainya.
2.      Untuk membuat nomor halaman romawi pada halaman judul sampai kata pengantar, klik insert, pada group menu Header&Footer klik Page Number kemudian pilih Bottom of page dan pilih Plain number 2
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/page-number.png?w=300
3.      Maka halaman 1 akan terlihat pada halaman judul. Untuk merubah angka standart menjadi angka romawi, klik pada page number dan pilih Format page numbers.http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/format-page-number.png?w=278
4.      Pada number format pilih i,ii,iii,…. Dan klik OK, maka nomor halaman akan berubah dari angka 1 menjadi i (angka romawi 1)
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/page-number-format.png?w=265
5.      Sampai disini semua halaman menggunakan angka romawi kecil.
6.      Untuk membuat halaman BAB I Pendahuluan dan seterusnya menjadi angka standart dimulai dari angka 1 tanpa merubah format nomor halaman sebelumnya, maka halaman BAB I harus dibuat section break. Caranya adalah letakkan kursor pada halaman BAB I atau halaman yang nomor halamannya akan dirubah. Kemudian klik Ribbon Page Layout, dan klik Breaks pada group menu Page setup. Kemudian klik atau pilih Next page. Sampai disini new section break telah terbentuk.
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/pagebreak.jpg?w=281&h=300
7.      Klik ganda pada Footer / nomor halaman BAB I, pada ribbon design, group menu navigation, nonaktifkan tombol Link to previous. Klik tombol tersebut sehingga tidak berwarna kuning lagi.
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/link-to-previous.png?w=208
8.      Hapus nomor halaman tersebut, kemudian pada ribbon design, group menu Header&Footer klik page number. Dan pilih format page numbers.
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/format-nomor-halaman.png?w=276
9.      Pada number format ubah i,ii,iii,…. Menjadi 1,2,3,… kemudian pada pilihan start at pilih 1 dan klik OK.
http://aselicahndeso.files.wordpress.com/2012/01/number-format.png?w=268
10.  Sampai disini sudah berubah, yaitu halaman judul sampai dengan kata pengantar menggunakan format nomor halaman menggunakan angka romawi kecil sedangkan pada halaman BAB I Pendahuluan menggunakan nomor halaman angka standart.
11.  Untuk pengaturan letak halaman pada prinsipnya menggunakan cara yang sama yaitu menghilangkan fungsi link to previous dan start at pilih secara manual halaman yang anda butuhkan.

12.  Setelah pengaturan diatas, maka dalam satu file nomor halaman berbeda-beda formatnya, ada nomor halaman dengan format angka romawi i,ii,iii,… dan ada juga nomor halaman yang menggunakan angka standart / Arabic 1,2,3,…Selamat mencoba, semoga berhasil.

FENOMENOLOGI AGAMA (pertemuan 1 – 7)

FENOMENOLOGI AGAMA

1. Pengertian

  • Fenomenologi berasal  dari kata Yunani Phainomenon yang berarti “gejala” dan Logos yang berarti “ilmu”. Maka fenomenologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala-gejala atau apa yang ditampakkan mengenai sesuatu. Fenomenologi Agama dengan demikian merupakan suatu pola pikir yang berusaha menjelaskan segala sesuatu yang ditampakan atau menjadi gejala-gejala yang kelihatan dalam agama.

  • Fenomenologi merupakan metode berpikir ilmiah dengan latar belakang filsafat. Metode ini dirintis oleh Husserl (1859-1938) dengan semboyan “Kembali kepada hal-hal itu sendiri” (Zuruk zu den Sachen selbst). Prinsip tersebut mengajarkan bahwa kalau kita ingin mengetahui sesuatu, kita jangan mencari tahu dari apa kata orang tentang sesuatu itu, melainkan harus kembali kepada hakikat dari sesuatu itu. Metode fenomenologi berusaha menemukan makna asli dan dasariah dari sesuatu.

  • Metode fenomenologi mengembangkan dua cara pendekatan: pertama, fenomen diselidiki sejauh disadari secara langsung dan spontan namun belum masuk dalam kesadaran itu sendiri. Kedua, fenomen diselidiki sejauh merupakan bagian dari dunia yang dihayatai sebagai keseluruhan (Lived world). Melalui dua langkah tersebut, segala fenomen dan pengungkapannya (ilmiah atau sehari-hari) dianalisa dan dibersihkan dari semua bentuk-bentuk penyempitan atau interpretasi yang ada (epoche) sampai ditemukan hakekat asli dari fenomen tersebut (eidos), yaitu sebuah fenomen yang selalu dan telah dialami namun tidak disadari karena tertimbun oleh aneka interpretasi, teori-teori atau pendapat.

  • Metode Fenomenologi digunakan juga untuk mengurai fenomen-fenomen asli dalam agama, terlepas dari segala interpreatsi, teologi atau dogma agama yang sudah merupakan perkembangan dari fenomen asli agama. Beberapa pemikir yang mengetrapkan fenomologi pada gejala agama yaitu:

1.      Rudolf Otto (1869-1937): Dalam jiwa (budi) manusia terdapat struktur apriori rasional dan irasional. Struktur apriori merupakan pola kausalitas atau hubungan sebab akibat yang terbentuk dalam akal budi manusia. Akal mampu memikirkan hubungan kausalitas terhadap segala sesuatu yang tampak oleh indera maupun yang tidak tampak. Oleh karena itu, struktur apriori bersifat rasional yang berarti dapat dijelaskan oleh pemikiran dan disertai bukti-bukti empiris. Selain itu, struktur apriori juga melingkupi hal-hal yang irasional, yang terletak di bidang sense (perasaan hati). Salah satu struktur irasional itu adalah kesadaran beragama (sensus religiousus), yaitu kepekaan batin akan yang kudus atau yang ilahi. Sensus religiousus memampukan manusia mengalami hal-hal duniawi sebagai tanda dari yang ilahi. Pengalaman inilah yang akhirnya memunculkan idea tentang ‘Allah’.
2.      Max Scheler (1874-1928): Mendukung pendapat Otto, Scheler berpendapat bahwa sensus religiousus merupakan kemampuan dasariah manusia yang berdiri sendiri dan tidak dapat didekati oleh kemampuan insani lainnya seperti akal, kehendak, perasaan estetika. Semua kegiatan rohani (cintakasih, seni, filsafat, teologi, peribadatan, ritus muncul dari rasa keagamaan tersebut.
3.      M. Eliade: Kesadaran manusia akan hierofani (penampakan dari yang kudus) merupakan pengalaman asli atau dasar dalam diri manusia. Pengalaman itu oleh Eliade dinamakannya sebagai ‘pengelaman religius’.



2. Kepercayaan dasar (basic trust)

  • Pengalaman religius manusia muncul dari adanya kepercayaan dasar dalam dirinya bahwa ada ‘sesuatu’ di luar dirinya yang lebih tinggi dari manusia bahkan menjadi sumber hidup, mengatur kehidupan dan kepadanya hidup terarah.

  • Pengalaman religius tersebut, berkembang dinamis dalam pergaulan dengan dunia. Dengan demikian pengalaman religius atau pengalaman beragama selain bersifat natural (alami) namun juga berkembang melalui budaya (cultural).

  • Pengalaman religius bersifat subjektif sekaligus objektif. Bersifat subjektif dalam arti pengalaman religius muncul dalam diri personal atau kelompok yang belum tentu ada dalam diri irang lain atau kelompok lain. Bersifat objektif dalam arti kebenaran pengalaman religius benar adanya bagi orang atau kelompok yang mengalaminya namun tidak berlaku secara universal atau bagi semua orang.

  • Pengalaman religius personal yang kemudian menjadi pengalam komunal (bersama) yang dipelihara terus-menerus diwujudnyatakan dalam berbagai aktivitas peribadatan (ritual) dengan memasukan berbagai segi kehidupan manusia seperti budaya, seni, tata tertib, bahasa, sastra dsb.

  • Manusia merupakan makhluk religius (homo religiousus), hanya manusia yang memiliki kepercayaan dasar dan pengalaman religius. Dalam sejarah kehidupan manusia, sejak lama manusia memiliki kepercayaan akan “yang suci” atau “yang transenden” yang selalu hadir dalam kehidupan manusia secara simbolis, misalkan batu besar, pohon besar, peristiwa yang aneh, fenomena alam. Seluruh alam (cosmos) dapat menjadi pengungkapan akan kepercayaan kepada “yang transenden” seperti matahari, bulan, angin, air, api, gua, petir dsb.

  • Segala sesuatu yang diyakini menjadi manifestasi dari kehadiran “yang transenden” akan dikuduskan, dihargai atau masuk dalam ritual keagamaan. Karena kepercayaan dasar bersifat subjektif-objektif namun tidak universal, maka tidak semua fenomen atau benda-benda alam memiliki nilai yang sama bagi semua orang atau keyakinan agama. Satu benda dapat dipandang suci oleh agama tertentu, namun benda yang sama dapat bernilai profan bagi kelompok lainnya.

  • Yang transenden diyakini juga hadir bukan hanya dalam ruang namun juga dalam waktu, sehingga munculah waktu-waktu yang dikhususkan atau dikuduskan. Sakralisasi waktu disebabkan oleh ritus atau upacara keagamaan.

  • Ritual keagamaan lebih berisi pengenangan atau pengaktualan kembali dari yang transenden dalam hidup manusia. Dengan menghadirkan kembali karya-karya yang transenden bagi manusia melalui berbagai ritus diharapkan berkat yang sama hadir dan dinikmati oleh manusia yang menjalankan ritus.

  • Untuk mempertahankan kepercayaan dasar tersebut terutama untuk mewariskan kepada generasi berikutnya, setiap kelompok kepercayaan memiliki kisah-kisah hubungan manusia dengan yang transenden dibalik semua ritus yang dimilikinya. Kisah-kisah tersebut menjadi unsur teoritis dari kepercayaan dasar yang dalam perkembangan selanjutnya kisah-kisah tersebut disebut sebagai mitos.

  • Mitologi mengungkapkan kehadiran dari yang transenden melalui simbol, konsep dan bahasa. Melalui mitos, manusia kuno memiliki suatu kerangka acuan (frame of reference) yang menjadi pegangan hidup dan memberikan penjelasan makna akan semua ritus dan simbol-simbol yang digunakan. Mitos-mitos itu yang nantinya menjadi ajaran agama dan teologi dari suatu kelompok agama.

  • Fenomen-fenomen keagamaan tersebut mendapatkan istilah yang beragam dari para ahli: Tyler menyebutnya dengan istilah animisme, Marret dan Preuss (pra animisme), Durkheim (totemisme), Levy Bruhl (jalan pikir pra logis), Lang dan Schmidt (monotheisme). Dalam perkembangannya, para ahli menjadikan monotheisme sebagai kriteria fenomen kepercayaan dasar untuk disebut sebagai agama.

  • Fenomen-fenomen religius yang ada, tidak dapat dinilai dalam kacamata agama tertentu atau berdasarkan pola pikir religius di zaman ini. Pengalaman religius yang membentuk suatu kultur itu harus dilihat apa adanya yang mengungkapkan kepercayaan dasar dan itu menjadi agama asli (originil religion).

  • Kepercayaan dasar yang menjadi agama asli dalam perjalanannya mengalami ketegangan seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang dipengaruhi pemikiran filsafat, sehingga segala sesuatu dipertanyakan serta digali dasar logisnya. Dua tegangan dihadapi oleh agama asli, pertama antara kepercayaan dasar akan yang transenden dengan rasionalitas, kedua, antara teisme dengan kosmo vitalisme. Kaum rasionalis berpikir berdasarkan teori kausalitas, bahwa segala sesuatu ada hubungan sebab akibat. Sementara itu dalam kepercayaan dasar tidak semua hal dapat dijelaskan secara rasional atau memiliki hubungan sebab akibat.

  • Konsep teisme muncul kemudian setelah agama-agama asli banyak berkembang. Dengan demikian, pemikiran teisme tidak dapat menjadi norma untuk menilai agama-agama asli. Semua harus dikembalikan kepada kepercayaan dasar akan adanya sesuatu yang melebihi manusia dan mengatur hidup manusia yang tersebar dalam aneka simbol kekuatan alam (cosmo vital). Melalui kepercayaan dasar itu manusia berusaha memberikan penghormatan agar terjadi harmoni hidup. Dalam pengertian sederhana, agama asli sudah mengarahkan diri kepada teisme bahkan monoteisme, hanya saja mereka belum sampai pada pemikiran bahwa yang mereka sembah dan hormati itu bernama ‘Tuhan’, ‘Allah’ atau istilah lain dalam agama modern.

  • Menurut Rudolf Otto, Yang Transenden diyakini oleh agama asli sebagai sesuatu yang menggetarkan atau menakutkan namun sekaligus dekat dan menyatu dengan manusia (tremendum et fascinosum).

  • Yang Transenden diyakini terdapat dalam zat berpribadi tinggi dan lebih luhur dari segala makhuk serta bersifat ilahi (teisme) dan hadir tersebar di seluruh semesta ini (kosmovitalisme). Yang transenden kadang menjadi objek pujaan, daya kekuatan yang dirayakan dalam ritus, dan manusia berusaha mengintegrasikan diri kepadanya. Kadang manusia juga ingin mengambil bagian dari daya yang transenden melalui tindakan-tindakan magic (sihir).
****

3. Objek Agama

·         Objek Agama menyangkut: Yang Transenden atau Yang Kudus, Tempat suci dan Waktu Suci.

·         Yang Transenden dalam sistem kepercayaan dasar diyakini sebagai ‘Yang Kudus’ yang dijadikan sebagai objek agama.  Yang Kudus dimengerti sebagai yang terlindung dari pelanggaran atau yang jahat, kekacauan dan kecemaran. Itulah yang dihormati, dimuliakan dan diagungkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Yang Kudus; tempat, benda-benda, waktu, sikap, kebiasaan, tindakan akan dikhususkan dan mendapatkan penghormatan tersendiri.

·         Yang Kudus biasanya dilawankan dengan yang profan (pro= terletak di depan, fan=penampakan yang ilahi, atau bukan kudus). Segala sifat yang bertentangan dengan Yang Kudus digolongkan sebagai yang profan demikian juga segala tindakan, benda, kegiatan, kebiasaan yang tidak ada hubungannya dengan Yang Kudus disebut profan. Yang Kudus merupakan sesuatu yang par exxelence, tidak boleh dan tidak dapat disentuh oleh yang profan tanpa mengakibatkan hukuman.Yang profan dapat dikuduskan sejauh bertalian dengan Yang Kudus berdasarkan suatu kepercayaan.

·         Konsep Yang Kudus: Agama Hindu mengajarkan bahwa Yang Kudus ada dalam Veda (Pengetahuan suci), Brahman (realitas suci), Dharma (kewajiban suci) dan mokhsa (Pembebasan). Veda merupakan kumpulan teks yang merupakan wahyu. Brahman merupakan upacara-upacara suci atau tata cara peribadatan. Dharma merupakan aturan atau norma yang menjadi hukum abadi yang dilihat sebagai prinsip dalam memberikan patokan-patokan yang baik dan yang jahat. Mokhsa merupakan tujuan akhir yaitu terbebasnya manusia dari berbagai ikatan sehingga yang ada hanya kebenaran sejati. Buddha: Sang Buddha diyakini sebagai kodrat kesucian tertinggi yang menjadi pola bagi semua orang untuk mencapainya atau menjadi Buddha (Bodhisattva). Yang Kudus dicapai dengan Jalan Kebijaksanaan (anna) yang akan membawa orang pada kebahagiaan, dan pembebasan dari penderitaan serta mencapai Nirvana. Jalan Kebijaksanaan ini dicapai dengan latihan dan praktek. Tradisi Cina: Yang Kudus diyakini sebagai dewa tertinggi yang ada di puncak pimpinan hirarki dunia supernatural dan suci. Dewa tertinggi itu disebut T’ien. Daya atau kualitas suci dari T’ien dinamakan Te yang diperoleh dengan cara istimewa dan diberikan oleh T’ien. Te adalah kekuatan ilahi dan rajawi yang digunakan untuk kebaikan rakyat dan negara. Untuk mendapatkannya diperlukan sikap kesalehan putra (hsiao) yaitu sikap taat penuh hormat seorang anak kepada orangtua dan leluhur. Tao menjadi jalan yang harus dilewati untuk mencapai tujuan yang diatur oleh surga. Apapaun boleh dilakukan asalkan tidak melanggar jalan surga itu. Bangsa Israel: Yang Kudus dalam tradisi Israel dikenal dengan sebutan Yahweh. Yahweh dipahami sebagai Yang Agung, Maha Tinggi, Maha Kuasa sehingga manusia tidak berarti di hadapannya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat bertemu atau berhadapan secara langsung dengan Yahweh. Yahweh hadir melalui tanda-tanda alam: api, angin, kilat, gempa. Yahweh berbicara dengan umat melalui nabi atau utusannya. Kendati demikian, mereka percaya bahwa Yahweh selalu dekat dengan manusia. Keselamatan terjadi bila manusia setia pada ikatan perjanjian antara Yahweh dan manusia (Vasal) yaitu, Yahweh menjadi Allah Israel dan Israel menjadi umat Yahweh. Yahweh akan senantiasa melindungi Israel, asalkan Israel setia kepada Yahweh.

·         Tempat Suci: Semua agama memiliki tempat-tempat suci. Tempat itu menjadi suci karena dikhususkan bagi Yang Kudus dan kegiatan bagi Yang Kudus. Hal ini yang menjadikan orang bertingkahlaku berbeda dengan di tempat-tempat lainnya yang profan. Agama Tahiti, memiliki kuil-kuil yang dibedakan dalam 8 kelas: tiga kelas berhubungan dengan kemakmuran masyarakat, dan lima lainnya berhubungan dengan kehidupan pribadi (keluarga, leluhur, klan). Anggota kerajaan dianggap sebagai kelas tertinggi dan sebagai penjelmaan dewa. Suku Ga di Pantai Gading Afrika Barat memiliki banyak dewa lokal. Masing-masing dewa memiliki rumah/kuil, dijaga oleh seorang imam, dan dirawat oleh satu atau beberapa woyei yaitu petugas wanita yang dirasuki oleh dewa dan menyampaikan pesan kepada umat.

·         Benda benda Suci: Untuk keperluan peribadatan  dan simbolisasi dari “Yang Kudus” setiap kelompok religius memiliki benda-benda yang disucikan karena diyakini berhubungan dengan Yang Kudus. Benda-benda itu dapat berupa patung untuk merepresentasikan dewa-dewi mereka, emas atau benda berharga lainnya sebagai ungkapan persembahan, serta benda-benda lain yang dipakai dalam ritual. Semua benda-benda yang sudah dimasukan atau dikaitkan dengan dewa-dewi akan dijaga, dihormati dan ditempatkan pada tempat terhormat. Tidak semua orang juga boleh menyentuh atau menggunakan benda-benda tersebut di luar ketentuan yang disepakati.

·         Waktu Suci: Manusia religius mulai secara khusus menyediakan waktu bagi rasa religiusitas mereka dan ini menjadi waktu-waktu suci bagi mereka yang dipisahkan dari waktu biasa (profan). Dalam sistem kepercayaan tradisional, waktu-waktu suci dipilih berdasarkan kesatuan antara kepercayaan dasar akan Yang Transenden yang hadir dalam historis kehidupan manusia dan fenomen kosmis. Oleh karena itu, waktu-waktu suci disesuaikan dengan siklus hidup manusia seperti kelahiran,  dan kematian. Waktu-waktu suci juga dikaitkan dengan kehadiran dewa-dewi penguasa alam, sehingga waktu-waktu suci kadang diselaraskan dengan musim-musim dalam dunia pertanian. Dari tradisi tersebut, maka setiap kelompok kepercayaan memiliki waktu-waktu suci atau kalender religius tersendiri.

·         Kosmos Suci: Manusia religius memiliki pandangan kosmologis yang sudah diperhitungkan dalam sistem kepercayaan. Mereka menghargai alam sebagai sarana bagi dewa-dewi untuk hadir dan menyampaikan pesan bagi manusia. Oleh karena itu manusia tidak berani sembarangan memperlakukan alam apalagi merusaknya. Harmoni antara manusia dengan alam melukiskan harmoni hubungan manusia dengan dewa-dewi. Dalam Tradisi cina, harmoni tersebut digambarkan dengan kesatuan Yin dan Yang. Pengaruh timbal balik mereka menhasilkan segala sesuatu didunia. Dalam Kosmologi Buddha semesta diyakini sebagai siklus atau perputaran dalam suatu evolosi. Setiap siklus berbeda dan mengalami perkembangan. Dalam Hinduisme penciptaan merupakan tindakan bermain (lila) Tuhan melalui maya. Dunia fisik maupun psikis terbentuk dari tiga unsur yaitu unsur baik dan buruk (sattva), unsur tindakan dan nafsu (rajas) dan unsur kegelapan dan kejemuan (tamas) dalam tingkatan yang bervariasi. Dari kombinasi tersebut muncul 5 unsur asli yaitu eter, udara, api, air dan bumi.

·         Upacara Suci/ Ritus: Kepercayaan dasar akan Yang kudus, tempat-tempat suci, waktu suci, alat-alat suci dan kosmos suci dipadukan dalam bentuk upacara-upacara religius. Uapacara keagamaan atau ritus dilakukan dalam rangka menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan dewa-dewi agar manusia senantiasa selamat. Oleh karena itu, ritus atau upacara diadakan berkaitan dengan pengalaman hidup manusia seperti: Kelahiran, kematian, sakit, inisiasi, bencana, perang, musim bertanam atau musim panen dsb.
*****

4. Agama dan Pengungkapannya

·         Mitos: Kata mitos berasal dari kata Yunani muthos yang berarti cerita atau apa yang diceritakan orang. Dalam pengertian lebih luas mitos berarti suatu pernyataan, sebuah cerita ataupun alur dari suatu drama. B. Malinowski membedakan mitos dari legenda atau dongeng. Menurutnya, legenda merupakan cerita yang diyakini sebagai kenyataan. Dongeng merupakan kisah-kisah ajaib yang terlepas dari ritus. Sedangkan mitos merupakan pernyataan atas suatu kebenaran lebih tinggi dan lebih penting tentang realitas asali yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan primitif. Dengan demikian mitos menjadi cerita yang masuk dalam wilayah religi dan menjadi bagian dari suatu ritus, yang dibedakan dari cerita-cerita lainnya. Perbedaan Mitos dan Legenda: Mitos diceritakan hanya kepada orang-orang yang sudah diinisiasikan dalam suatu kelompok religius tertentu dan dilakukan di tempat yang khusus. Legenda diceritakan kepada siapa saja dan di berbagai tempat. Pelaku dalam mitos adalah para dewa atau makhluk adikodrati sedangkan dalam legenda pelakunya para pahlawan atau binatang ajaib. Mitos bertujuan untuk mengubah atau membentuk kepribadian, hidup dan perilaku manusia sedangkan legenda tidak bermaksud mengubah kehidupan manusia. Mitos berusaha menjawab bagaimana suatu keadaan menjadi sesuatu yang lain; dunia kosong menjadi berpenghuni; situasi chaos menjadi cocmos;  yang hidup menjadi mati; bagaimana manusia menjadi beragam dsb. Fungsi Mitos: Mitos dalam kehidupan religius menjadi sangat penting karena memiliki fungsi eksistensial bagi manusia. Mitos menetapkan kepercayaan tertentu, berperan sebagai kisah sejarah suatu upacara atau ritus tertentu, menjadi model tetap perilaku moral dan religius. Dengan demikian, fungsi utama mitos adalah mengungkapkan, mengangkat dan merumuskan kepercayaan; melindungi dan memperkuat moralitas; menjamin efisiensi dari ritus; memberi peraturan-peraturan praktis untuk menuntun manusia. Realitas Mitos: ‘Realitas’ mitos bersifat relatif. Malinowski: Mitos bukanlah semata-mata cerita yang dikisahkan tetapi juga merupakan kenyataan yang dihayati. Gustav Carl Jung: masyarakat primitif tidak merekayasa mitos, melainkan menghayatinya. Mitos merupakan kenyataan psikologis atau gambaran premordial menmgenai ketidaksadaran kolektif. Mitos menjadi nyata sejauh mitos itu menghadirkan kembali pola-pola yang diwariskan pada setiap manusia. Mirciea Eliade: Mitos merupakan penampilan penciptaan yang menceritakan bagaimana segala sesuatu dijadikan atau memulai adanya. Realitas mitos merupakan kenyataan suci dan kesucian merupakan satu-satunya kenyataan tertinggi; kesucian menghadirkan dirinya sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda dari kenyataan biasa. Mitos menjadi sejarah suci yang berbicara tentang apa yang diyakini terjadi. Namun karena menceritakan tentang para dewa, mitos selain memuat kenyataan juga bermuatan misteri. Ragam Mitos: Mitos penciptaan: menceritakan penciptaan alam semesta yang sebelumnya sama sekali tidak ada. Mitos ini melukiskan penciptaan dunia lewat pemikiran, sabda atau usaha dari pencipta (dewa). Melalui mitos tersebut hendak diungkapkan bahwa dunia ini berasal dari  pencipta tanpa pertolongan siapapun dari luar dirinya atau juga dari sesuatu sebelumnya yang pernah ada. Mitos kosmogonik: Mitos yang menciptakan alam semesta melalui perantara atau sarana yang sudah ada. Mitos asal-usul: mengisahkan asal mula segala sesuatu. Mitos ini mengakui adanya dunia namun ia mengisahkan sesuatu yang baru yang muncul di dunia atau hal-hal yang menjadikan dunia berubah. Mitos mengenai dewa-dewi atau makhluk adikodrati: Mengisahkan bahwa setelah mencipta Yang Maha Tinggi mengundurkan diri ke langit. Para dewa atau makhluk kodrati ada yang bertugas melengkapi proses penciptaan, ambil bagian atas pemerintahan di dunia, atau juga menetapkan tata tertib dunia. Mitos terjadinya manusia (antropogenik): Manusia dicipta dari materi tertentu; dari lumpur (suku Yoruba Nigeria), dari batu (mitos Indonesia dan Melanesia), dari tanah (Oceania), dari seekor binatang (Asia Tenggara). Mitos Transformasi:  cerita tentang perubahan keadaan dunia dan manusia di kemudian hari.

·         Magi (Sihir): merupakan kepercayaan dan praktek berdasarkan keyakinan bahwa manusia dapat mempengaruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri dengan tujuan baik atau buruk melalui usaha-usaha dengan memanipulasi daya-daya yang lebih tinggi. Magi primitif terbagi dalam dua jenis: Tiruan dan sentuhan. Magi tiruan didasarkan pada prinsip kesamaan atau keserupaan bentuk. Keserupaan akan menghasilkan keserupaan. Misalnya: Menusukan jarum pada boneka yang diserupakan dengan seseorang diharapkan membawa dampak yang sama pada orang yang dituju; Orang membuat hujan dengan menirukan bunyi guntur; orang menorehkan gambar hewan tertusuk panah di dinding gua dengan harapan seperti gambar itu pula hasi perburuan mereka. Magi sentuh didasarkan pada hukum sentuhan fisik. Penularan atau pengaruh magis terjadi melalui kontak fisik. Misalnya, seseorang dapat mencelakai orang lain kalau dia dapat memperoleh sehelai rambut, sepotong kuku, kain atau benda yang pernah bersentuhan dengan orang tersebut. Tipe Magi: Produktif (magi untuk berburu, menyuburkan tanah, membuat hujan), Protektif (Mantera untuk menjaga harta milik, untuk menanggulangi kemalangan, pemeliharaan dari sakit), Destruktif (untuk mendatangkan badai, merusak milik, mendatangkan penyakit atau celaka bahkan kematian). Magi dan Agama: Kendati dalam prakteknya kerap tercampur, namun magi sama sekali tidak berkaitan dengan agama. Magi tidak memohon pada kuasa yang tertinggi dan bersembahsujud padanya. Kekuatan yang dimiliki oleh ahli magi sifatnya terbatas dan tidak dapat menyamai Yang Maha Tinggi (Frazer). Magi bersifat personal sedangkan agama bersifat sosial. Magi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan personal terlepas dari baik dan buruk sedangkan agama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan personal dan sosial dalam suatu tatanan moral. Magi berusaha mengontrol kekuatan-kekuatan di luar dirinya untuk keperluan pribadi, sementara agama justru berusaha membangun harmoni dengan semua kekuatan-kekuatan yang ada di luar diri manusia. Agama mencari pertolongan dari dewa-dewa dengan memohon tetapi tidak dengan memerintah, magi meminta pertolongan dengan memaksa kekuatan di luar dirinya. Magi menggunakan maksudnya untuk tujuan eksternal (menyakiti, membunuh, menyembuhkan orang lain) sedangkan agama bertujuan lebih ke internal (pembangunan sikap hidup personal atau sosial). Perbedaan Magi dan Agama Menurut Carl Gustav Diehl:
a. Sikap Manusia: Agama memperlihatkan suatu pikiran yang tunduk, magi memperlihatkan sikap yang memaksakan dan mementingkan diri sendiri.
b. Hubungan dengan Masyarakat: Agama adalah soal komunal atau bersama-sama sedangkan magi bersifat individual.
c. Sarana: Magi menggunakan obat-obatan atau materi yang diyakini memeiliki daya, sementara agama menggunakan benda-benda untuk simbolisasi dari Yang Maha Tinggi.
d. Tujuan: Kedekatan dan kesatuan dengan yang Ilahi menjadi tujuan agama. Magi bertujuan hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusiawi.
e. Kepercayaan: Agama adalah kepercayaan kepada sesuatu yang lebih besar dari manusia dan alam, magi adalah pemujaan dan penguasaan terhadap daya-daya yang ada.

·         Ramalan: usaha untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal di masa mendatang yang luput dari dari pengamatan biasa dengan meminta petunjuk dari daya-daya di luar manusia.

·         Sihir: Diyakini bahwa penyakit ada yang bersifat kodrati ada yang karena ‘dibuat’ oleh pihak lain melalui konspirasi jahat dengan roh-roh atau daya-daya di luar manusia yang dapat menyerupai binatang, manusia atau bola api. Diyakini bahwa manusia dapat menjadi penyihir kalau dilahirkan dengan dua hati.

·         Tenung: Praktek orang yang mencoba menyakiti orang lain dengan magi disebut tenung. Yang biasa dilakukan penenung adalah dengan mengubur objek tertentu seperti boneka, penggalian kubur dan pengambilan bagian tubuh mayat, penguburan objek personal (foto, potongan kuku, rambut, pakaian), pengucapan mantra di atas api membara atau lilin hitam. Semua tindakan bisanya dilakukan malam hari.
*****
  1. Agama-agama di Dunia

·         HINDUISME: Agama Hindu merupakan agama tertua di dunia (1800 SM di India) yang masih hidup sampai saat ini. Dewa/wi: Ada banyak dewa-dewi yang dipuja dalam Hindu, namun yang terkenal adalah Brahman sebagai dewa atau Roh tertinggi. Brahman dengan segala sifatnya hadir dalam sosok banyak dewa/wi. Tiga dewa yang disebut trimuti yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Shiva sebagai dewa perusak dan Vishnu sebagai dewa pemelihara. Visnu yang paling banyak dipuja. Visnu diyakini hadir ke dunia dengan berbagai avatar (wujud inkarnasi), seperti Krishna (sapi), Rama (Pahlawan dalam Ramayana yang mengalahkan Rahvana), Ganesha (Dewa gajah, putera dari Shiva yang melambangkan ilmu pengetahuan, kepandaian dan kebijaksanaan. Digambarkan dengan satu gading utuh dan satunya patah. Ini melukiskan kesempurnaan dan ketidaksempurnaan manusia).  Kepercayaan: Kehidupan manusia diyakini sebagai siklus yang tak akan berakhir dari lahir, hidup, mati setelah itu orang akan terlahir kembali, hidup dan mati. Inkarnasi akan mengalami perkembangan seturut dengan kehidupan sebelumnya. Jiwa yang mengembara dari satu tubuh ke tubuh lain disebut Samsara. Bentuk inkarnasi tergantung pada perbuatan sebelumnya (Karma) hingga sampai pada kehidupan sempurna (Mokhsa). Kasta: Atas pengaruh bangsa Arya, dalam Hindu muncul kasta-kasta dan pemakaian bahasa Sansekerta. Munculnya kasta berdasarkan riwayat Perusha sebagai manusia pertama. Saat Perusha dikurbankan, empat warna tubuhnya menjadi bagian dari kasta. Kasta Brahmana (Putih) merupakan kasta tertinggi yang berasal dari mulut Perusha. Yang tergolong kasta tersebut adalah para pendeta. Kasta Ksatria (Merah) berasal dari lengan Perusha. Yang masuk dalam kasta ini adalah para tentara dan penguasa. Kasta Waisya (Kuning) berasal dari paha Perusha yang akan membentuk para petani dan para pelaku bisnis. Kasta Sudra (Hitam) berasal dari kaki Perusha yang melayani anggota badan yang lain. Para buruh, pekerja menjadi bagian dalam kasta tersebut. Agama hindu tergolong monoteisme. Mereka percaya satu Allah yaitu Brahman yaitu Roh mutlak yang tidak dapat dijangkau dan dimengerti oleh manusia. Kitab Suci: Rig Veda yang terdiri dari: Sbruti (berisi puji-pujian kuno), Upanishad (memuat percakapan atau ajaran Guru terhadap murid), Smriti (berisi asal-usul manusia), Ramayana (berisi kisah Rama dan Shinta yang menjadi sumber ajaran dan nasehat spiritual), Mahabbarata (Puisi kepahlawanan Pendawa melawan Kurawa).
·         YUDAISME: Agama Yudaisme berasal dari tradisi Yahudi yang menjadi bagian dari Bangsa Israel. Populasi orang Yahudi terbesar ada di Amerika (30% dari seluruh orang Yahudi). Umat Yahudi percaya bahwa mereka adalah bangsa terpilih. Tokoh yang mereka hormati adalah Abraham dan Musa. Abraham menjadi Leluhur yang menurunkan bangsa Israel  melalui cucunya yaitu Yakub. Yakub memiliki 12 anak ayang nantinya menjadi 12 suku Israel. Yahudi (Jew) berassal dari nama salah satu suku Israel yaitu Yehuda (Judah). Sementara Musa diyakini sebagai Leluhur yang membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan menempati tanah yang dijanjikan Tuhan (Palestina saat ini). Kitab suci: TeNaKb yang terdiri dari tiga bagian yaitu Taurat atau hukum, Nabi-nabi atau Nevi’im dan Sastra atau Ketuvim. Jenis Yudaisme: Yudaisme Ortodoks: Menganggap diri mereka sebagai satu-satunya pemegang teguh iman Israel. Yudaisme Konservatif: Muncul th 1940 an yang memegang teguh semua tradisi iman namun tetap memberikan kelonggaran untuk reformasi. Para orang yahudi di Amerika kebanyakan mengikuti aliran ini. Yudaisme Rekonstruksi: Didirikan di Amerika th 1920 an dengan menekankan penghayatan keyahudian dengan lebih peduli kepada budaya daripada praktek yahudi atau kepercayaan agama. Yudaisme Hasidik: Meninggalkan penekanan ortodoks dan menekankan tradisi spiritual dan mistis Yahudi dan pemimpin mereka (Hasidik) memiliki karunia spiritual lebih dibandingkan para rabi. Yudaisme Reformasi: Muncul di Jerman th 1940 an yang mengajarkan bahwa setiap orang Yahudi bertanggungjawab terhadap negara tempat mereka tinggal dan juga kepada iman Yahudi. Mereka menafsirkan penghayatan iman Yahudi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
·         BUDDHISME: Didirikan oleh Pangeran Sidarta yang meninggalkan kesengan duniawi dan hidup mengembara dengan meminta-minta sampai akhirnya dia mendapatkan pencerahan dan mencapai kehidupan Nirvana. Kepercayaan: Empat kebenaran mulia: membebaskan diri dari penderitaan, menjauhkan diri dari kesenangan dan uang serta kekuasaan, menyingkirkan keinginan, mengambil jalan tengah antara askese dan hedonisme. Jalan berjalur Delapan: Mengerti empak kebenaran dengan benar, Mencintai semua bentuk kehidupan, Berbicara yang benar, berbuat yang benar, Mata pencaharian yang benar, Usaha yang benar dengan mengusir pikiran jahat, Perhatian terhadap orang lain; Konsentrasi yang benar. Ajaran: Lima Aturan: Tidak boleh merusak atau membunuh makluk hidup, Tidak boleh mengambil barang yang bukan miliknya, Tidak boleh menyalahgunakan seks, Tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak pantas, Tidak boleh menggunakan obat-obat terlarang dan alkohol. Nirvana: Manusia akan mengalami samsara (lingkaran kelahiran, kehidupan dan kematian tanpa akhir) sampai mencapai Nirvana (tempat kesejukan) dimana semua nafsu dan keinginan,  serta keserakahan dipadamkan. Perbedaan dengan Hinduisme, Hindu mengajarkan jiwa bersifat abadi (atman)  sementara dalam budda diyakini jiwa bukanlah apa-apa kecuali hanya seberkas pengalaman yang lenyap pada saat kematian. Ktab Suci: Theravada: terdiri dari 3 bagian yang disebut Tripitaka yaitu Vinaya Pitaka, Sutta pitaka dan Abbimdhamma Pitaka. Mahayana: Sabda Budda yang berisi ajaran Budda mennyangkut hidup keseharian. Salah satu yang terkenal adalah Vimalakirti  Sutra yang berisi ajaran tentang seseorang yang berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci daripada semua Bodhisattva.
·         KRISTIANITAS: Kristianitas bersumberkan kepada pribadi Yesus Kristus yang diyakini sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Yesus lahir di awal abad Masehi, dibesarkan di Nazareth Palestina dalam tradisi Yahudi. Yesus membawa pengajaran baru yang lepas dari budaya dan ajaran Yahudi. Orang-orang yang percaya kepadaNya kemudian disebut sebagai orang kristen (xtianoi) atau pengikut Kristus. Mereka juga disebut kaum Nasrani (pengikut Yesus orang Nazareth). Ajaran: Kekristenan mengakui Monoteisme Allah, yang hadir dalam tiga pribadi yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pusat ajaran terdapat dalam Kitab suci, pribadi Yesus dan semua ajaranNya. Yesus diyakini sebagai Allah yang menjadi manusia, yang wafat disalib dan tiga hari sesudahnya dibangkitkan. Hidup Yesus dan semua ajaranNya yang kemudian diajarkan dan disebarluaskan dan menjadi tradisi tertulis yang kemudian menjadi Kitab suci. Kitab Suci: Kitab suci orang kristen adalah Alkitab yang terdiri dari Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru. Dalam perjalanan sejarah setelah terpecah antara Katolik dan Kristen Protestan, ada beberapa kitab yang diakui dalam katolik tetapi tidak dalam protestan disebut kitab deuterokanonika. Perpecahan: Pusat Kekristenan pada awalnya di Yerusalem dan kemudian pindah ke Roma seiring dengan invasi kekaisaran Roma ke segala penjuru dunia. Para Rasul menjadi pemimpin Gereja yang disebut sebagai Gereja Katolik Roma dan diteruskan oleh Para Paus. Th 1054 gereja Ortodoks memisahkan diri dari Roma. Tahun 1517 seorang Imam bernama Martin Luther menempelkan 95 keluhan atau protes terhadap kondisi Gereka Katolik pada saat itu yang bercampur dengan politik dan diwarnai parktek jual beli berkat. Protes Luther yang melahirkan komunitas-komunitas gereja baru yang lepas dari Gereja Katolik yang kemudian dikenal sebagai gereja Reformasi atau Kristen Protestan. Setelah itu perpecahan terus terjadi saat ketidaksetujuan atau ketidakcocokan muncul terhadap gereja katoli atau gereja-gereja kristen yang ada. Beberapa tokoh Gereja Reformasi yang muncul setelah Luther adalah Zwingli dan John Calvin. Selanjutnya bermunculah aneka Gereja Kristen dengan berbagai nama seperti Gereja Anglikan, Gereja Baptis, Gereja Quaker, Gereja Metodis, Gereja Bala Keselamatan, Gereja Kerasulan Baru, Gereja Pentakosta, dan terus bertambah hingga saat ini. 
·         ISLAM: Islam muncul pada abad VI di wilayah Arab Saudi dengan dua tempat yang dianggap suci yaitu Mekah dan Madinah. Kata ‘Islam’ secara harafiah berarti ‘menyerah’ dengan demikian orang Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Islam diyakini menjadi jalan hidup yang diberikan oleh melalui utusanNya yaitu nabi Muhamad SAW karena utusan-utusan terdahulu diabaikan oleh manusia. Umat Islam menjunjung tinggi nabi Muhamad SAW sebagai utusan Allah terakhir dan terbesar sehingga tidak boleh digambar atau dipatungkan supaya hanya kepada Allah saja umat menyembah. Nabi Muhamad SAW lahir di Mekkah sekitar Th 570 dan dibesarkan oleh pamannya Abu Talib. Nabi Muhamad SAW seorang yang saleh yang sering berdoa ke padang gurun. Ka’bah pada saat itu menjadi tempat pemujaan berhala, terdapat 300 berhala dari batu, kayu dan tanah liat. Hal ini yang mengusik nurani Nabi Muhamad SAW. Di tahun 610 beliau menerima pewahyuan dari Malaikat Jibril di Gunung Hira dan semenjak itu beliau diangkat menjadi Rasul Allah. Pewahyuan itu lah yang kemudian menjadi Al Qur’an (Surah 96 –Al ‘Alaq). Setelah itu Muhamad SAW mewartakan pewahyuan tersebut bagi orang-orang Mekkah namun beliau mendapat banyak tantangan. Tahun 622 beliau meninggalkan Makkah ke Madinah yang diperingati sebagai Hijrah, dan kalender Islam dihitung berdasarkan peristiwa hijrah tersebut.  Orang-orang Madinah menerima beliau dan pewahyuan. Tahun 629 bersama dengan orang-orang Madinah yang sudah bertrobat Nabi Muhamad kembali ke Mekkah dan membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala serta mempersembahkannya sebagai tempat suci dan ibadah bagi Allah. Beliau mengelilingi Ka’bah 7 kali dan menyentuh batu hitam suci dan peristiwa ini dilakukan lagi saat umat Islam ber haji. Aliran Islam: Setelah Nabi Muhamad SAW wafat di tahun 632, muncul persoalan mengenai pengganti beliau. Tradisi Islam menuliskan bahwa Sang Nabi menghendaki saudara sepupu dan anak menantu yaitu Shi’at Ali menjadi penerusnya, namun pengikut yang lain menunjuk Abu Bakar menjadi pengganti Sang Nabi. Kelompok Abu Bakar menjadi kelompok Islam Sunni yang banyak tersebar ke berbagai wilayah dunia termasuk Indonesia, sementara kelompok Shi’at Ali menjadi kelompok Shi’it. Lima Rukun Islam: Membaca syahadat, Salat, Zakat, Berpuasa dan Ibadah Haji.
·         SIKHISME: Didirikan di India  (tepatnya di Pakistan) oleh Guru Nanak yang menghormati Hindu dan Islam tetapi menganggap kedua agama itu telah mengaburkan kebenaran tentang Allah. Hal itu berdasarkan pengalaman spiritual yang dialaminya saat berusia 30 tahun. Ajaran Guru Nanak: Ada satu Allah di dunia maupun di atas dunia, Ada putaran terus menerus mengenai kelahiran dan kehidupan serta kematian, Tujuan akhir setiap jiwa manusia adalah ditariknya kembali kepada Allah yang dariNya manusia berasal, Orang yang ingin kembali kepada Allah harus hidup secara moral dengan hidup rendah hati dan melayani orang lain. Aturan (5K): Kesh adalah jenggot dan rambut yang tidak dipotong yang melambangkan kesucian. Kirpan adalah pedang yang melambangkan kesediaan untuk berjuang melawan tekanan fisik dan spiritual. Kangha, sisir yang melambangkan kebersihan. Kara, gelang baja di kanan kanan melambangkan kesatuan dengan Allah. Kachera, celana pendek tradisional yang melambangkan kesiapsediaan.
·         KONFUSIANISME: Konfusius menjadi tatanan moral atau etik yang dibuat oleh Fu-Tzu tahun 551-479 SM. Konfusius mengajarkan bahwa surga dan bumi akan menjadi harmonis jika setiap orang mematuhi mereka yang berada di atas dan membagi dengan mereka yang berada di bawah. Prinsip Yin (feminim) dan Yang (maskulin) menjadi filosofinya.
·         TAOISME: Muncul di akhir abad pertama Masehi. Tao secara harafiah berarti jalan. Tao diyakini sebagai kekuatan utama dalam semesta, kekal dan tidak berubah. Tao hadir untuk menunjukkan jalan. Prinsip Yin dan Yang juga menjadi filosofinya. Tegangan antara keduanya memunculkan tiga hal yaitu surga, bumi dan manusia. Manusia menjadi penangah antara surga dan bumi. Kehidupan terjadi karena adanya Ch’i yaitu daya kehidupan. Maka meditasi, yoga dan latihan pernafasan diajarkan untuk tetap menjaga Ch’i.
·         SHINTOISME: Berasal dari Jepang yang berarti Jalan Para Dewa yang ditetapkan sekitar abad ke VI. Ibadat kami yaitu pemujaan terhadap para dewa atau Roh menjadi sentral.
·         BAHA’I: Sayyid Ali Muhamad (1819-1850) pendiri Baha’i memaklumkan dirinya sebagai nabi baru setelah Muhamad. Dia meyakini bahwa ajaran semua agama telah digantikan oleh wahyu yang tertulis dari Bahau’llah dan anak serta penggantinya.***

6. Agama dan Budaya

·         Manusia Mencipta Budaya: Manusia yang diberi budi dan daya oleh Sang pencipta merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupan bersama, manusia membangun suatu kesepakatan akan perilaku sosial (social behaviour) yang diberi makna dan mengikat bagi semua orang di lingkup tertentu. Kesepakatan akan perilaku sosial itu berkembang menjadi budaya. Setiap kelompok manusia dapat membuat dan menentukan budayanya sendiri, sehingga kita menjumpai adanya beragam budaya umat manusia hingga saat ini. Budaya tercipta dalam suatu tempat, tradisi, dan berdasarkan suatu kepercayaan tertentu.
·         Agama Lahir dalam Budaya: Sebelum agama atau sistem kepercayaan lahir, manusia telah menghidupi suatu sistem perilaku sosial bersama yang menjadi budaya. Oleh karena itu sistem kepercayaan yang kemudian menjadi agama lahir dan hidup dalam suatu lingkup budaya tertentu. Oleh karena itu, setiap agama akan memuat unsur budaya di tempat agama itu muncul serta berkembang. Bahkan budaya itu dapat masuk dan menjadi bagian dalam sistem kepercayaan atau agama. Beberapa agama besar dapat disebutkan di sini seperti Hindu dan Budha datang dari India (abad V dan VI); Islam dari Arab lewat India di abad XIII; Kristen dari Palestina lewat Eropa di abad XII; Kong Hu Cu dari Cina; Shinto dari Jepang; Sikh dari Pakistan; Yahudi dari Palestina (Israel).
·         Budaya untuk Mengkonkretkan Iman: Iman pertama-tama menyangkut hubungan manusia dengan Allah. Namun manusia tidak hidup sendirian melainkan dalam masyarakat yang sudah memiliki suatu sistem kehidupan atau budaya. Kehidupan sosial dan budaya merupakan penghayatan hidup manusia secara konkret. Iman lahir dalam konteks budaya agar iman menjadi konkret bagi kehidupan manusia secara personal ataupun komunal. Iman yang konkret selalu menyangkut hidup yang konkret dan tidak dapat lepas dari masyarakat serta kebudayaan yang dimilikinya. Kendati demikian, tidak semua budaya dapat dimasukan atau menyatu dengan iman. Hanya budaya-budaya tertentu yang dianggap cocok untuk mengungkapkan suatu keyakinan adikodrati yang dimasukan dalam keagamaan dan hal itu dinamakan inkulturasi.
·         Budaya membentuk Pluralisme: Pewahyuan Tuhan yang diterima setiap agama ditangkap dalam konteks budaya tertentu. Tuhan mengkomunikasikan diriNya kepada manusia melalui bahasa dan kehidupan manusia yang real agar manusia mampu menangkap kehendakNya. Pewahyuan Tuhan berkembang dalam sistem kepercayaan agama yang dihidupi melalui kebudayaan manusia. Dengan demikian, budaya membentuk kenekaragaman sistem kepercayaan selain budaya itu sendiri memang sudah beragam. Kemahakuasaan Tuhan tidak terkurangi oleh pluralisme agama dan budaya. Justru melalui perbedaan budaya dan sistem kepercayaan kemahakuasaan Tuhan menjadi semakin nyata.
·         Agama menjadi Budaya Spiritual: Agama memang lahir dalam suatu budaya tertentu, namun agama sendiri telah membentuk suatu budaya baru yang bercirikan spiritual. Dari waktu ke waktu, penghayatan iman orang beragama akan selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan budaya. Agama memiliki sistem kepercayaan dan pengungkapan yang dipertahankan terus-menerus melewati perjalanan waktu dan menjadi suatu sistem budaya spiritual. Dalam seluruh dinamika perjalanannya, ada aspek-aspek budaya yang semula menjadi bagian dari agama dihilangkan karena sudah tidak relevan lagi namun ada juga hal-hal baru dari budaya yang dimasukan dalam sistem penghayatan agama. Aneka hasil budi dan daya manusia yang sering masuk dalam sistem keagamaan adalah sastra, seni lukis, seni tari, drama atau teater, puisi, musik dan lagu, pahat, kaligrafi juga dalam seni arsitektur, dsb.
·         Tantangan: Agama perlu mengkritisi budaya dan tidak memasukan semua budaya dalam khazanah agama. Budaya yang sesuai dalam sistem kepercayaan akan membantu penghayatan iman, sebaliknya yang tidak sesuai justru akan mengganggu. Budaya menjadi bungkus dari sistem kepercayaan, oleh karena itu budaya tidak dapat diperlakukan sama dengan inti agama atau sistem kepercayaan.
******

7. Agama dan Moral                         
1.      Manusia sebagai dalam hidup bersama dengan orang lain membuat suatu kesepakatan yang mengikat kehidupan bersama. Kehidupan bersama diatur dalam tatanan bersama dengan mengesampingkan kepentingan individu. Setiap orang agar dapat diterima dalam kehidupan bersama harus hidup dalam tatanan itu. Tatanan itu menjadi norma yang memuat nilai baik atau buruk dan itulah yang menjadi tatanan moral yang akan diwariskan turun menurun. Karena setiap pribadi dapat hidup dalm berbagai kelompok dengan demikian ada banyak tatanan moral: adat, agama, pendidikan, olahraga dll.
2.      Selain tatanan sosial yang menjadi unsur moralitas, setiap pribadi juga mengembangkan moralitasnya sendiri berdasarkan basic yang ia miliki. Latarbelakang keluarga, hidup keagamaan, pendidikan, pergaulan akan mempengaruhi ketajaman daya moralitas seseorang dalam menilai perilakunya sendiri.
3.      Istilah Moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan / nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral
4.      Nilai-nilai moral itu seperti :Seruan untuk berbuat baik terhadap orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain.Larangan mencuri, berzina, membunuh, minum-minuman keras serta berjudi.Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
5.      Dengan demikian Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, baik itu akhlak, kewajiban dll; Merupakan derajat kebebasan dari hambatan – hambatan dalam kegiatan untuk menuju tujuannya; Derajat kebebasan individu untuk bertindak, berinteraksi, menguatkan harapan dan menunjukkan perilaku – perilaku menuju tujuan, dibatasi oleh perilaku yang benar.
6.      Kata moral memuat beberapa pengertian: 1. Menyinggung ahklak, moril, tingkah laku yang susila. 2. Ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku pantas dan baik. 3. Menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
7.      Berdasarkan (Kohlberg, 1980) penalaran moral dibedakan menjadi : Pra-konvensional: Ukuran benar dan salah berdasar objek di luar individu , terdiri 2 stadium : Konvensional,Mendasarkan pengharapan sosial, yaitu perbuatan dinilai benar bila sesuai dengan peraturan yang ada dalam masyarakat. Dan Post-konvensional, Memandang aturan – aturan yanga da dalam masyarakat tidak absolut, tetapi relatif, dan dapat diganti oleh orang lain.
8.      Ketiga tingkatan terbagi dalam 6 stadium, yaitu: 1). Orientasi patuh dan taat hukuman
            Tingkah laku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila perlu hukuman. Seseorang harus patuh pada otoritas karena otoritas tersebut berkuasa.2). Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Mendasarkan pada orang lain atau kejadian di luar diri individu, namun sudah memperhatikan alasannya perbuataanya, misal mencuri dinilai salah, tetapi masih bisa dimaafkan bila alasannya adlah untuk memenhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang disenangi. 3). Orientasi anak/person yang baik. Anak menilai perbuatan itu baik bila ia dapat menyenangkan orang lain, bila ia dapat berbuat seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. 4). Orientasi pelestarian otoritas dan aturan social.Anak melihat aturan sosial yang ada sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan. Seseoarang dinilai bermoral bila ia “ melakukan tugasnya” dan dengan demikian dapat melestariakan aturan dan sistem sosial. 5). Orientasi kontrol legalistic.Peraturan pada masyarakat merupakan kontrol/perjanjian antara diri rang dan masyarakat. Individu harus memenuhi kewajiban – kewajibannya, tetapi masyarakat harus menjamin kesejahteraan indiidu. Peratutan dalam masyarakat subyektif. 6). Orientasi prinsip dan konsensia sendiri.  Peraturan dan norma subyektif, batasannya adalah subyektif dan tidak pasti. Maka ukuran nilai tingkah laku moral konsensia orang sendiri.
9.      Perkembangan Moral (Moral Development), merupakan perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Berkaitan dengan perkembangan moral, para pakar menunjukan 3 hal yang perlu diperhatikan: Bagaimana remaja mempertimbangkan atau memikirkan peraturan-peraturan untuk melakukan tingkahlaku etis? (Pertimbangan/pemikiran moral. Bagaimana  remaja bertingkahlaku dalam situasi moral yang sebenaranya? (Perilaku moral). Bagaimana perasaan remaja mengenai masalah moral? (Perasaan moral).
10.  Nilai-nilai agama yang diyakini mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia sarat dengan pesan moral yang menjadi norma personal dan komunitas agama itu. Namun pendalaman moral agama tergantung pada perhatian dan penghayatan pribadi terhadap ajaran agama yang diyakini.
****