7. Agama dan Moral
1.
Manusia
sebagai dalam hidup bersama dengan orang lain membuat suatu kesepakatan yang
mengikat kehidupan bersama. Kehidupan bersama diatur dalam tatanan bersama
dengan mengesampingkan kepentingan individu. Setiap orang agar dapat diterima
dalam kehidupan bersama harus hidup dalam tatanan itu. Tatanan itu menjadi
norma yang memuat nilai baik atau buruk dan itulah yang menjadi tatanan moral
yang akan diwariskan turun menurun. Karena setiap pribadi dapat hidup dalm
berbagai kelompok dengan demikian ada banyak tatanan moral: adat, agama,
pendidikan, olahraga dll.
2.
Selain
tatanan sosial yang menjadi unsur moralitas, setiap pribadi juga mengembangkan
moralitasnya sendiri berdasarkan basic yang ia miliki. Latarbelakang keluarga,
hidup keagamaan, pendidikan, pergaulan akan mempengaruhi ketajaman daya
moralitas seseorang dalam menilai perilakunya sendiri.
3.
Istilah
Moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, peraturan / nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan
peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral
4.
Nilai-nilai moral itu seperti
:Seruan untuk berbuat baik terhadap orang lain, memelihara ketertiban dan
keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain.Larangan mencuri,
berzina, membunuh, minum-minuman keras serta berjudi.Seseorang dapat dikatakan
bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral
yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
5.
Dengan
demikian Moral adalah ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, baik itu akhlak, kewajiban dll; Merupakan derajat
kebebasan dari hambatan – hambatan dalam kegiatan untuk menuju tujuannya; Derajat kebebasan
individu untuk bertindak, berinteraksi, menguatkan harapan dan menunjukkan
perilaku – perilaku menuju tujuan, dibatasi oleh perilaku yang benar.
6.
Kata moral memuat beberapa pengertian: 1. Menyinggung ahklak, moril, tingkah laku
yang susila. 2. Ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku
pantas dan baik. 3. Menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah
laku.
7.
Berdasarkan (Kohlberg, 1980)
penalaran moral dibedakan menjadi : Pra-konvensional: Ukuran benar dan salah berdasar objek di luar
individu , terdiri 2 stadium : Konvensional,Mendasarkan pengharapan sosial, yaitu perbuatan
dinilai benar bila sesuai dengan peraturan yang ada dalam masyarakat. Dan Post-konvensional, Memandang aturan –
aturan yanga da dalam masyarakat tidak absolut, tetapi relatif, dan dapat
diganti oleh orang lain.
8.
Ketiga tingkatan terbagi dalam 6 stadium, yaitu: 1). Orientasi
patuh dan taat hukuman
Tingkah
laku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila perlu hukuman. Seseorang harus patuh pada otoritas karena
otoritas tersebut berkuasa.2). Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Mendasarkan
pada orang lain atau kejadian di luar diri individu, namun sudah memperhatikan
alasannya perbuataanya, misal mencuri dinilai salah, tetapi masih bisa
dimaafkan bila alasannya adlah untuk memenhi kebutuhan dirinya atau orang lain
yang disenangi. 3). Orientasi anak/person yang baik. Anak menilai perbuatan itu baik bila ia dapat
menyenangkan orang lain, bila ia dapat berbuat seperti apa yang diharapkan oleh
masyarakat. 4). Orientasi pelestarian otoritas dan
aturan social.Anak melihat aturan sosial yang ada sebagai sesuatu yang harus dijaga
dan dilestarikan. Seseoarang dinilai bermoral bila ia “ melakukan tugasnya” dan
dengan demikian dapat melestariakan aturan dan sistem sosial. 5). Orientasi kontrol legalistic.Peraturan pada masyarakat merupakan kontrol/perjanjian antara diri rang dan masyarakat. Individu
harus memenuhi kewajiban – kewajibannya, tetapi masyarakat harus menjamin
kesejahteraan indiidu. Peratutan dalam masyarakat subyektif. 6). Orientasi
prinsip dan konsensia sendiri. Peraturan
dan norma subyektif, batasannya adalah subyektif dan tidak pasti. Maka ukuran
nilai tingkah laku moral konsensia orang sendiri.
9.
Perkembangan Moral (Moral
Development), merupakan
perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.
Berkaitan dengan perkembangan moral, para pakar menunjukan 3 hal yang perlu
diperhatikan: Bagaimana remaja mempertimbangkan atau memikirkan
peraturan-peraturan untuk melakukan tingkahlaku etis? (Pertimbangan/pemikiran
moral. Bagaimana remaja bertingkahlaku
dalam situasi moral yang sebenaranya? (Perilaku moral). Bagaimana perasaan remaja mengenai
masalah moral? (Perasaan moral).
10.
Nilai-nilai agama yang diyakini mengatur hubungan manusia dengan Tuhan
dan manusia dengan manusia sarat dengan pesan moral yang menjadi norma personal
dan komunitas agama itu. Namun pendalaman moral agama tergantung pada perhatian
dan penghayatan pribadi terhadap ajaran agama yang diyakini.****
8. Agama dan Psikologi
1. Manusia adalah mahluk dinamis. Dalam
kehidupan manusia, setiap individu memiliki dinamikanya sendiri. Secara unik,
tiap pribadi manusia mengalami pergerakan, perubahan juga perkembangan. Kendati
demikian, tetap ada hal yang stabil dalam diri manusia yang menjadi identitas
pribadi. Dinamika hidup manusia menyangkut segala aspek internal (Fisiologis
dan Psikologis) juga aspek eksternal yang menyangkut aktivitas dan perilakunya
(Behavior). Aspek-aspek internal berpengaruh terhadap pola perilaku manusia.
Psikologi, menjadi ilmu yang berupaya untuk mempelajari perilaku manusia.
2.
Ada
banyak teori tentang psikologi. Secara etimologi, arti awal Psikologi adalah
ilmu jiwa (Yunani Psyche=jiwa dan Logos=ilmu). Namun dalam
perjalanannya, ada pengembangan arti psikologi:
· Wundt (Devidoff, 1981): Ilmu tentang
kesadaran manusia (The science of human
Consciousness).
· Woodworth & Marguis (1957): Ilmu
tentang aktivitas-aktivitas individu.
· Branca (1964), Sartain (1967): Ilmu tentang
perilaku (The science of Behavior).
· Morgan (1984): Ilmu tentang perilaku
manusia dan hewan.
3.
Secara umum psikologi dipahami sebagai ilmu yang meneliti serta mempelajari perilaku atau aktivitas
manusia sebagai manifestasi kejiwaannya. Dari pengertian tersebut, kiranya perilaku
dan aktivitas manusia dapat berubah atau berkembang seturut dengan perkembangan manifestasi
kejiwaan pribadi itu sendiri. Kemampuan manusia untuk dapat memanifestasikan
dinamika jiwanya pun dipengaruhi perkembangan diri manusia dalam aneka aspek
yang menyangkut segala hal yang dimiliki oleh pribadi manusia. Semua itu berlangsung sepanjang hidupnya (Life span).
4. Agama dan seluruh dinamika pengungkapan yang
dihayati oleh manusia merupakan salah satu manifestasi kejiwaan manusia yang
membentuk suatu perilaku tertentu dalam diri manusia.
5. Melalui kehidupan spiritualitas yang
dibangun dalam agama yang dipilihnya, setiap orang juga berusaha menggapai
kebahagiaan hidup. Bahkan kebahagiaan yang hendak dicapai melalui kehidupan
spiritualitas menyangkut kebahagiaan lahir batin yang terarah bukan hanya dalam
kehidupan di dunia ini saja, melainkan juga terarah pada kehidupan akherat atau
kehidupan setelah mati. Spiritualitas mengacu pada kecenderungan manusia untuk
mencari makna hidup melalui sesuatu yang melebihi dirinya sendiri atau
kebutuhan untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari kehidupan
individu itu sendiri. Agama, mengacu pada pencarian spiritual yang dihubungkan
dengan institusi formal (Zinnbauger, et.al., 1999). Bahkan sudah sekian lama agama diyakini
menjadi sumber utama dari makna hidup, memberikan keyakinan personal,
pengharapan, tujuan dan menempatkan kehidupan personal lebih luas dan konteks
hidup yang tak terbatas (Emmons, 2005).
6. Dalam kehidupan manusia,
spiritualitas berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Koeing, et al
(2001) berpendapat bahwa orang yang lebih religius dan terlibat lebih banyak
dalam kegiatan keagamaan cenderung lebih sehat secara mental dan fisik Hal ini diakui juga oleh George, dkk bahwa
orang-orang yang memiliki tingkat keagamaan tinggi cenderung memiliki penyakit
yang lebih sedikit, cenderung hidup lebih lama dengan memiliki tingkat kanker
dan serangan jantung yang lebih rendah. Mereka juga lebih cepat sembuh dari
penyakit atau operasi serta memiliki toleransi yang lebih besar terhadap rasa
sakit. George juga tidak melihat adanya dampak negatif
bagi kesehatan mental dan fisik dari agama (George, et al., 2000).
7.
Agama memberikan dampak kecil
tetapi signifikan dan konsisten terhadap kesejahteraan hidup umat manusia
(Emmons, 1999). Setidaknya ada lima faktor alasan mengapa agama mempengaruhi
kesehatan mental dan fisik, yaitu: Agama memberikan dukungan sosial; Bersama orang
lain yang mendukung dan membantu dalam konteks agama turut mendukung kesehatan
fisik (Myers, 2000), meski tidak tertutup kemungkinan terjadi juga konflik
interpersonal dalam agama. Agama membantu gaya hidup yang
sehat; Peningkatan kehidupan keagamaan menjadi salah satu sebab yang
memperkecil perilaku tidak baik yang membahayakan kesehatan. Contohnya, orang
yang lebih religius mengkonsumsi lebih sedikit alkohol dan rokok (Myers, 2000).
Agama membantu mengembangkan integritas kepribadian; Integritas kepribadian
terbantu perkembangannya karena peningkatan dedikasi atau komitment agama
seseorang. Hal ini juga membantu individu mengatasi konflik internal (Emmons,
1999). Agama menyediakan strategi koping yang unik; Agama memberikan harapan
dan perspektif lain dari persoalan yang dihadapi manusia, membantu orang
menempatkan hidupnya dalam kerangka yang lebih besar serta menciptakan
identitas baru (Emmons, 1999) yang melibatkan rasa optimisme dan harapan
(Seligmen, 2002). Agama memberikan kesadaran akan makna dan tujuan hidup; Agama
menyediakan pandangan yang lebih besar akan kehidupan manusia dan memberikan
penjelasan mengapa kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat terjadi. Saat
hidup terasa sulit, agama memberikan penghiburan melalui penjelasan yang penuh
harapan. Kemampuan agama dalam memberikan penyadaran akan makna dan tujuan
hidup menjadi prediktor penting dalam meningkatkan kesehatan (George, 2000).
8.
Salah satu
aspek dari kehidupan spiritual dan beragama adalah doa. Secara khusus, doa
mendatangkan ketenangan batin, cara praktis orang mengungkapkan permasalahannya
dan tempat orang mampu bercerita apa saja. Semakin
tinggi frekuensi doa seseorang, semakin besar pula kesehatan mental dan
vitalitas juga semakin sehat keadaan psikologisnya (Koenig, et all., 2001;
Peterson, 2000). Hal ini merupakan misteri, sebab secara ilmiah belum ditemukan
jawaban, mengapa doa berpengaruh terhadap kesehatan juga pemulihan dari kondisi
sakit. ****
9. Agama
dan Sosiologi
·
Istilah
Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak
Sosiologi. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian
dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan
sosiologi [dinamis] dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat
dalam arti pembangunan.
·
Émile
Durkheim berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile
memperkenalkan pendekatan '''fungsionalisme''' yang berupaya menelusuri fungsi
berbagai elemen [sosial] sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan
sosial.
·
Pokok bahasan
sosiolgi ada empat:
1. Fakta sosial: sebagai cara bertindak, berpikir,
dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan
mengendalikan individu tersebut
2. Tindakan sosial: sebagai tindakan yang
dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
3. Khayalan sosiologis: sebagai cara untuk
memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.
4. Realitas sosial: adalah penungkapan tabir
menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti
aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan
pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta
menghindari penilaian normatif.
·
Ciri-Ciri
dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial
yang mempelajari masyarakat. Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut. Sosiologi
adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.
Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu
kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi
atau seharusnya terjadi. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure
science) dan ilmu pengetahuan terapan. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian
adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan
hanya peristiwa itu sendiri. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan
pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi
manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini
menyangkut metode yang digunakan. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum,
artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara
manusia.
·
Objek
Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai
beberapa objek: Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala
dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu
sendiri. Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk
sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan
manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam
masyarakat.
·
Agama
merupakan realitas sosial yang merupakan kumpulan dari individu-individu yang
memiliki kesamaan sistem kepercayaan dan dalam kebersamaan mengikatkan diri
kepada tatanan iman bersama serta berusaha menjaga dan meneruskannya bagi
pribadi lain.
10. Agama
dan Politik
·
Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam
negara. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari
sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh
warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles).
Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Politik adalah segala sesuatu tentang
proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
·
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep
penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala
konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara
lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan
politik, perbandingan
politik, dsb.
·
Terdapat banyak sekali sistem politik yang
dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain:
anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme
keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.
·
Lembaga politik: Secara
awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan
atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui
oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh
masyarakat saja tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga
adalah suatu perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang
tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama,
organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah perilaku politik
yang terpola dalam bidang politik.
·
Setiap negara mendasarkan diri pada sistem
politik tertentu berdasarkan latarbelakang sejarah, dan golongan yang berkuasa.
Kendati demikian, dalam kehidupan politik negara, sistem politik harus mampu
merangkul semua kepentingan rakyat dan golongan yang ada dalam negara tersebut.
Oleh karena itu sistem politik tidak dapat didasarkan kepada sistem kepercayaan
atau agama, sebab sistem kepercayaan tidak bersifat universal atau berlaku bagi
semua individu manusia.
·
Agama bukanlah lembaga politis, melainkan
lembaga kepercayaan yang membentuk suatu masyarakat tertentu. Dalam suatu
negara terdapat aneka masyarakat agama yang semestinya mendapatkan hak dan
kesempatan yang sama untuk mendukung setiap individu beribadah menurut
keyakinan mereka masing-masing.
·
Sistem kepercayaan sudah terlebih dahulu ada
sebelum adanya negara dan sistem politik. Oleh karena itu, sistem politik
semestinya mengabdi kepada terjaminnya sistem kepercayaan dapat dijalankan
secara optimal oleh setiap pemeluk agama. Penghayatan kepercayaan yang benar akan
membantu manusia untuk masuk dalam ranah politik dengan tetap memperhitungkan
harmoni relasi pribadi dengan Tuhan dan dengan sesama.
·
Sistem politik tidak dapat dipadukan dengan
sistem agama, karena hal ini akan menjadikan nilai kepercayaan menjadi tidak lagi
murni melainkan terkontaminasi oleh aneka kepentingan politis.
11. Agama
dan Teknologi
·
Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi
karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh
sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai
dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta
mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita termasuk dalam agama. Sebagian dari kita
beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru, padahal, kalau kita
membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu
gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
·
Sejarah Teknologi: Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah
nampak berorientasi ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata
teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau
metode rasional yang
berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh
Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi
Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology:
A Description Of The Arts, Especially The Mechanical).
·
Kemajuan
Teknologi: Dalam bentuk
yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara
lama atau penemuan metode
baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam,
membuat baju, atau membangun rumah.
·
Ada tiga klasifikasi
dasar dari kemajuan teknologi yaitu :
Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological
progress) Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi
dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama. Kemajuan
teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress)
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak
ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam
memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress)
Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua
riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju,
yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal.
·
Agama berkembang
seiring dengan perkembangan teknologi. Pengembangan agama juga tidak terlepas
dengan pemanfaatan sarana teknologi yang mengalami kemajuan pesat. Agama tidak
bertentangan dengan teknologi sejauh
teknologi yang berkembang tetap menjaga hakikat hidup manusia.
·
Agama di satu sisi
dapat memanfaatkan teknologi untuk semakin membantu penghayatan iman namun di
sisi lain harus bersikap kritis terhadap teknologi yang justru akan
menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri di semua aspek kehidupan.
·
Agama di tengah
pesatnya pertumbuhan teknologi yang tidak terbendung juga harus mengimbangi
dengan semakin memperteguh sistem kepercayaan internal, agar orang beriman
mampu bersikap atas perkembangan teknologi di sekitarnya tanpa menjadi hanyut
dan kehilangan jati diri imannya.
12. Agama
dan Kematian
·
Kematian atau Ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada
akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena
penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah
kematian, tubuh makhluk hidup
mengalami pembusukan. Istilah lain
yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.
·
Yudaisme: dalam Yudaisme, Akhir zaman biasanya
disebut Akhir hari-hari (aharit ha-yamim, אחרית הימים). Kejadian-kejadian penuh bencana akan
menjungkirbalikkan tatanan dunia yang lama dan akan muncul tatanan dunia baru
yang dijanjikan Tuhan sebagai Yerusalem baru.
·
Ajaran Katolik: Gereja Katolik Roma pada umumnya
menganut aliran pemikiran Amilenial, yang dikemukakan oleh Augustinus dari Hippo dalam karyanya "Kota Allah". Augustinus mengklaim sebuah
penggenapan nubuat yang tidak harafiah. Umat Katolik dapat pula merujuk kepada
Injil Matius 24:36; di sini Kristus dilaporkan mengatakan: "Tetapi tentang
hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga
tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."
·
Gereja-gereja Protestan: Keyakinan-keyakinan tentang Akhir
zaman di kalangan Kekristenan Protestan sangat berbeda-beda. Kaum Kristen pra-milenialis yang percaya bahwa Akhir zaman sedang
terjadi saat ini, biasanya spesifik tentang garis waktu yang berpuncak pada hancurnya
dunia. 'Akhir
zaman' dapat pula merujuk semata-mata pada beralihnya suatu zaman atau masa
yang panjang tertentu dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Para penganut
pandangan ini kadang-kadang mengutip Surat 2 Timotius, dan menarik analogi dengan akhir abad ke-20/awal abad ke-21.Kebanyakan orang Kristen fundamentalis mengantisipasi nubuat Alkitab akan
digenapi secara harafiah. Mereka memandang perang di dunia dan regional, gempa
bumi, badai, tan bencana kelaparan sebagai permulaan dari sakit saat bersalin
yang Yesus gambarkan dalam Matius 24:7-8 dan Markus 13:8. Mereka percaya bahwa
umat manusia dimulai di Taman Eden, dan menuju ke Megido sebagai tempat berakhirnya kelak sistem dunia yang ada sekarang ini, dengan
datangnya Mesias yang akan memerintah selama 1.000 tahun.
·
Islam: Yaum al-Qiyamah (Arab:يوم
القيامة) adalah hari akhir bagi seluruh makhluk ciptaan Allah. Islam memberikan pedoman yang jelas kepada para
pengikutnya mengenai akhir zaman. Ada berbagai tanda (hingga 100) yang terdapat
dalam Sunnah dan Al-Quran mengenai kedatangan Akhir Zaman. Tanda-tanda ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, besar (Kubra) dan kecil (Sughra). Tanda-tanda
yang besar mencakup kedatangan Dajjal, Imam Mahdi dan kemudian Nabi
Isa
(yang akan menyatukan semua kekuatan baik untuk melawan yang jahat), ditiupnya
sangkakala dan tanda-tanda yang kecil akan mendahuluinya. Eskatologi Islam berkaitan dengan Qiyamah (kiamat), akhir dunia, dan penghakiman terakhir umat manusia. Eskatologi ini adalah
salah satu dari keenam rukun Iman (aqidah) dalam Islam. Seperti agama-agama Abrahamik lainnya, Islam mengajarkan kebangkitan tubuh orang mati, penggenapan rencana ilahi untuk penciptaan, dan
keabadian jiwa manusia; orang-orang benar akan diganjar dengan kesenangan Jannah (surga), sementara yang jahat akan dihukum
dalam Neraka. Al-Quran banyak sekali membahas
keyakinan ini, dengan banyak hadits yang menguraikan tema-temanya dan
rinciannya. Literatur apokaliptik Islam yang menggambarkan Harmagedon sering
dikenal sebagai fitnah (ujian) dan malahim (atau ghayba
dalam tradisi Syi’ah). Para
ulama membagi kiamat menjadi 2 bagian yaitu: Kiamat Shugra (kecil), yaitu
matinya setiap manusia dan bisa pula bencana-bencana alam; Kiamat Kubra
(total), yaitu dihancurkan dan diakhirinya seluruh fisik dan hukum dunia fana.
·
Zoroastrianisme: Zoroaster adalah eskatologi tertua
dalam sejarah yang tertulis. Pada 500 SM, umat Zoroaster telah sepenuhnya mengembangkan sebuah
konsep tentang akhir dunia yang ditelan oleh api ilahi. Menurut filsafat
Zoroaster, yang disunting dalam Zand-i Vohuman Yasht, "pada akhir musim
dinginmu yang kesepuluhribu... matahari semakin tak terlihat dan tampak; tahun, bulan, dan hari
menjadi makin pendek, dan bumi menjadi lebih tandus; dan tanaman tidak akan menghasilkan
benih; dan manusia... menjadi semakin menipu dan cenderung melakukan
praktik-praktik jahat. Mereka tidak mengenal rasa terima kasih." "Kekayaan yang terhormat semuanya diserahkan kepada
mereka yang memiliki iman yang menyimpang...dan awan kelam membuat seluruh
langit kelam ... dan akan menurunkan hujan dengan makhluk-makhluk yang
berbahaya daripada musim dingin." Pada Pertempuran akhir antara orang-orang benar dan jahat, suatu Penghakiman terakhir atas semua jiwa akan berlangsung.
Orang-orang berdosa akan dihukum selama 3 hari, tetapi kemudian akan diampuni.
Dunia akan mencapai kesempurnaan karena kemiskinan, usia lanjut, penyakit,
kehausan, kelaparan dan kematian ditunda. Konsep-kosep Zoroastrian sangat mirip
dengan konsep-konsep keyakinan eskatologis Yahudi, Kristen,
dan Islam terutama karena pengaruh
Zoroastrianisme terhadap Yudaisme sementara konsepnya tentang Levant
berada dalam kekuasaan Akhemenid dan kemudian muncul kembali dalam
Kekristenan dan Islam.
·
Buddhisme: Siddhārtha Gautama (Sansekerta; Pali: Siddhāttha Gotama) adalah guru rohani dari India kuno dan pendiri Buddhisme. Waktu kelahirannya dan kematiannya tidak diketahui dengan pasti, namun
sejumlah sejarahwan abad ke-20 telah memperkirakan masa hidupnya dari sekitar 563 SM hingga 483
SM.
Namun demikian, beberapa pakar yang lebih mutakhir telah mengusulkan tahun
antara 410 hingga 400 SM untuk kematiannya.. Namun, kronologi alternatif ini
belum diterima oleh para sejarahwan lainnya. Pendiri Buddhisme ini meramalkan bahwa ajaran-ajarannya
akan lenyap setelah 500 tahun. Menurut Sutta Pitaka, "sepuluh perilaku moral " akan lenyap dan bangsa-bangsa akan
mengikuti sepuluh konsep yang tidak beramoral yaitu mencuri, kekerasan, membunuh, berbohong, mengucapkan hal-hal yang jahat, perzinahan, kata-kata yang kotor dan ngawur, kecemburuan dan kehendak yang buruk, keserakahan yang berlebih-lebihan, dan nafsu yang menyimpang sehingga mengakibatkan
timbulnya kemiskinan yang luar biasa dan mengakhiri
hukum-hukum dunia dari dharma sejati. Sebagai bagian dari eskatologi
Buddhis, ada
keyakinan bahwa zaman menjelang kedatangan Buddha Maitreya yang akan datang akan dicirikan oleh
kemurtadan, kelemahan fisik, kekurangan kepuasan seksual, dan kehancuran
masyarakat pada umumnya.Pada Abad Pertengahan, rentangan waktunya diperluas hingga 5.000 tahun. Para penafsir seperti Buddhaghosa meramalkan lenyapnya setahap demi
setahap ajaran-ajaran Sang Buddha. Pada tahap pertama, arahat tidak akan muncul lagi di
dunia. Belakangan, isi ajaran sejati Sang Buddha akan lenyap, dan hanya
bentuknya sajalah yang akan dilestarikan. Akhirnya, bahkan bentuk Dharma akan
dilupakan. Pada tahap terakhir ini, kenangan akan Sang Buddha sendiri akan
dilupakan, dan relikui-relikuinya yang terakhir akan dikumpulkan di Bodh Gaya dan dikremasikan. Pada suatu masa setelah perkembangan ini muncullah
seorang Buddha baru yang bernama Maitreya untuk memperbarui ajaran-ajaran Buddhisme dan menemukan kembali jalan
menuju Nirwana. Maitreya diyakini saat ini berada di
surga Tushita, dan di sana ia menantikan
kelahirannya kembali yang terakhir di dunia.
·
Hinduisme: Umat Hindu mempunyai pemahaman siklis tentang
sejarah eksternal/spiritualitas internal. Siklus atau "Kalpa" menggambarkan
pola kemerosotan keadaan alam dan peradaban antara periode-periode
ketakberwaktuan ketika Brahman (aspek Sang Pencipta dari pikiran/roh) melahirkan kembali
keberadaan/realitas dunia. Ada empat yug atau zaman dalam proses
ini dari yang sepenuhnya murni kepada yang sepenuhnya najis. Yang terakhir
adalah Kali Yuga atau Zaman Besi di mana peradaban akan merosot secara
rohani, hidup manusia berkurang karena kekerasan dan penyakit dan alam pada
umumnya mengalami kematian. Ini adalah periode terburuk sebelum kehancuran
total yang kemudian diikuti oleh suatu Zaman Emas. Nubuat-nubuat tradisional Hindu, seperti digambarkan dalam Puranas
dan beberapa teks lainnya, mengatakan bahwa dunia akan jatuh ke dalam kekacauan
dan kerusakan. Kemudian akan terjadi serangkaian penyimpangan, keserakahan dan
konflik dengan cepat, dan keadaan ini digambarkan sebagai: "Yada Yada Hi
Dharmasya Glanir Bhavati Bharata, Abhyuthanam Adharmasya Tadatmanam Srijami
Aham". Bhagavad
Gita (Bab IV-7). "Di mana kebenaran itu
mati O! Bharatha Dan ketidakbenaran muncul, maka Aku akan muncul menampakkan
Diriku!" Jadi di mana ada kejahatan dan
kekacauan yang tidak dapat ditolerir di dunia, di situlah akan muncul seorang avatar. Dalam yuga yang sekarang, yang dikenal sebagai Kali
(yang paling jahat) yuga, "Tuhan akan menampakkan diri-Nya sebagai sang Kalki Avatar... Ia akan menegakkan kebenaran di muka bumi dan pikiran
bangsa-bangsa akan menjadi semurni kristal." Dalam
Hinduisme, tidak dikenal penghukuman kekal terhadap jiwa. Akhir zaman juga
tidak ada. Setelah Kali yuga yang jahat ini berakhir, yuga atau zaman
berikutnya adalah Satya yuga di mana setiap orang adalah orang yang benar,
diikuti oleh Dwapara yuga, Treta yuga dan kemudian Kali Yuga yang lain. Dengan demikian waktu bersifat siklis dan zaman
terus berulang tanpa akhir. Namun demikian, keberadaan kejahatan dan kemerostan
yang dapat ditolerir dalma masing-masing zaman itu berbeda dan karenanya ambang
yang perlu untuk perwujudan penjelmaan Dewa juga berbeda-beda untuk
masing-masing yuga. Yuga yang sekarang adalah yang paling jahat sehingga ambang
untuk munculnya avatar juga
begitu tinggi sehingga dunia perlu menurunkan tingkat maksimumnya. Lamanya Kalpa dikatakan berlangsung
5.000 tahun menurut Brahma Kumaris World
Spiritual University (BKWSU). BKWSU
percaya akan zaman ke-5 yang disebut Zaman Percampuran, suatu masa kehancuran
dunia dan pada saat bersamaan Wahyu Tuhan, bahwa umat manusia telah memasuik
Akhir zaman kira-kira pada 1936 dan periode ini akan berakhir kira-kira pada
2036.
·
Agama Bahá'í: Pendiri agama Bahá'í, Bahá'u'lláh
mengklaim bahwa ia adalah Almasih yang datang kembali serta pengharapan kenabian dari semua agama lainnya. Ia
juga memberikan bukti-bukti tentang Akhir zaman dan tempat dirinya.
Terbentuknya agama bersamaan dengan nubuat Millerit yang menunjuk kepada tahun
1844. Sehubungan dengan pengharapan khusus tentang akhir zaman, dikatakan bahwa
Pertempuran Harmagedon telah berlalu[18] dan bahwa kematian syahid massal yang diantisipasikan pada
Akhir zaman telah terjadi dengan konteks historis dari agama Bahá'í.
·
Indian:Beberapa suku Indian menganut keyakinan mengenai akhir zaman. Di antara
suku-suku Indian di benua Amerika, suku Hopi juga
mempunyai pengharapan akan suatu "Hari Penyucian" yang diikuti oleh suatu pembaruan besar. Para pemimpin suku Hopi, seperti misalnya Dan Evehema, Thomas
Banyaca dan Martin Gashwaseoma, bernubuat bahwa kedatangan bangsa
kulit putih
menandai akhir zaman, bersama-sama dengan munculnya Binatang yang aneh
"seperti seekor bison tetapi dengan tanduk-tanduk yang
besar yang akan membanjiri negeri". Dinubuatkan bahwa pada akhir zaman,
bumi akan dilintasi oleh ular-ular besi dan sungai-sungai batu; negeri akan dilintasi oleh sarang
laba-laba raksasa, dan laut akan berubah menjadi hitam. (penafsiran spekulatif
yang umum diberikan adalah menyamakan “ular besi” dengan kereta api, “sungai
batu” dengan jalan raya dan sarang laba-laba raksasa dengan kabel-kabel listrik
atau bahkan dengan jaringan komputer sedunia.) Juga dinubuatkan bahwa suatu
"tempat tinggal yang luas" di surga akan jatuh dalam sebuah tabrakan
yang besar. Ia akan muncul sebagai sebuah bintang biru, dan bumi akan
berguncang. Lalu orang-orang putih akan bertempur dengan bangsa-bangsa di
negara-negara lain, dengan mereka yang memiliki hikmat tentang kehadirannya.
Lalu akan timbul asap di padang-padang gurun, dan tanda-tanda tentang
kehancurannya yang hebat pun dekat. Lalu banyak orang yang akan mati, tetapi
mereka yang paham akan nubuat-nubuat akan hidup di tempat-tempat bangsa Hopi
dan selamat. Pahana
"Saudara Kulit Putih Sejati" kemudian akan kembali untuk menanam
benih-benih kebijaksanaan dalam hati manusia, dan dengan demikian mengantarkan
fajar Dunia Kelima.
·
Lakota: Menurut seorang dukun Lakota Oglala - "kegelapan akan turun ke atas suku ini… dunia akan
kehilangan keseimbangan. Lalu banjir, kebakaran dan gempa bumi akan
terjadi." Seekor " Anak Bison Betina Putih" akan memurnikan dunia. Lalu ia akan mengembalikan keserasian
dan keseimbangan rohani spiritual. Bison putih telah
dilahirkan pada 1994, 1995 dan pada 2006 di sebuah peternakan di Janesville, Wisconsin. Karena itu
banyak pemimpin suku lalu merasa bahwa nubuat ini sedang digenapi.
·
Maya: Kelompok Maya kuno dan modern percaya bahwa jagad raya pernah diperbarui
empat kali sebelumnya. Namun upaya pertama menghasilkan binatang; upaya kedua
menghasilkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang pada akhirnya akan
menjadi serangga-serangga tertentu (misalnya semut dan lebah); upaya ketiga
menghasilkan kera; dan yang keempat menghasilkan kita: "manusia
sejati." Masing-masing upaya sebelumnya untuk menciptakan manusia
dihancurkan oleh berbagai bencana yang melenyapkan jagad raya. Cerita-cerita
ini berbeda-beda dalam berbagai kelompok Maya: binatang-binatang hampir
seluruhnya dimusnahkan oleh banjir, manusia dari tanah liat hampir dimusnahkan
oleh banjir dan kemudian oleh badai api di seluruh bumi, manusia kera diserang
oleh milik mereka dan binatang-binatang mereka sendiri. Kalender Maya yang berbasis astronomi
akan mencapai siklus penuhnya yang besar selama sekitar 5.200 tahun pada 21 Desember 2012. Meskipun tidak ada bukti-bukti yang
kuat bahwa bangsa Maya kuno menganggap tanggal ini signifikan, banyak orang
yang telah menduga bahwa inilah “akhir seluruh Jagad raya” menurut perspektif
Maya, dan yang lainnya percaya bahwa bangsa Maya memaksudkannya sebagai lambang
dari "datangnya perubahan besar."
·
Mitologi Yunani: Mitologi Yunani kuno mengklaim bahwa
Zeus, yang sebelumnya telah menggulingkan ayahnya, Kronus, pada gilirannya juga
akan digulingkan oleh seorang anak lelakinya. Cerita ini dapat dilihat sebagai
ekuivalen dari akhir dunia, atau akhir zaman. Prometeus menyingkapkan kepadanya
bahwa anak ini akan dilahirkan dari Zeus dan Thetis, bila mereka melakukan
hubungan kelamin. Untuk mencegah terjadinya hal ini, Zeus menikahkan Tetis
dengan Peleus, seorang manusia fana yang lemah. Dari pernikahan ini lahirlah
Akiles, tokoh protagonis dari Iliad dan salah satu dari pahlawan
terbesar dalam mitos Yunani.****
13. Dialog Agama
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan,
atau juga disebut dengan nama Dewa
atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari
bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio
dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Manusia
memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya
menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu
yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber
yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri.
Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll. Keyakinan ini
membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
membaktikan diri , yaitudengan :
·
Menerima segala
kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·
Menaati segenap
ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian agama
menjadi ungkapan bakti manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat
3 unsur, ialah manusia, pembaktian dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur
pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Cara Beragama
Berdasarkan cara
beragamanya :
- Tradisional,
yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya
nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada
umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru
atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan
demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
- Formal,
yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya
atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang
yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat
dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan
atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama
jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
Populasi Umat beragama di dunia:
·
Kekristenan 4,637 - 4,985 miliar
·
Islam 1,5 - 1,55
miliar
·
Non-Adherent (Sekular/Atheis/Tidak Beragama/Agnostik/Tidak Atheis) 1,1
miliar
·
Hinduisme 700 - 750 juta
·
Kepercayaan tradisional Tionghoa 394 juta
·
Buddhisme 450 juta - 1 miliar
·
Paganisme 300 juta
·
Tradisi Afrika
dan diasporik (tanah air) 100 juta
·
Sikhisme 23 juta
·
Juche 19 juta
·
Spiritisme 15
juta
·
Yudaisme14 juta
·
Baha'i 7 juta
·
Saksi-Saksi Yehuwa 6,5 juta
·
Jainisme 4,2 juta
·
Shinto 4 juta
·
Cao Dai 4 juta
·
Zoroastrianisme 2,6 juta
·
Tenrikyo 2 juta
·
Neo-Paganisme 1
juta
·
Unitarian Universalisme 800
ribu
·
Gerakan Rastafari 600 ribu
Dialog Agama
·
Dialog
Teologal: Dialog hanya mungkin dilakukan sejauh orang memahami secara mendalam
teologi agamanya masing-masing. Dialog teologal dilakukan dengan saling
memberikan pemahaman dari masing-masing agama terhadap suatu topik teologis
tanpa saling menilai atau menyalahkan.
·
Dialog Karya:
Setiap manusia apapun agamanya dipanggil untuk bekerja dan berkarya guna
pemenuhan kebutuhan hidup dan pengaktualan diri. Dengan menjalankan karya atau
tugas penuh tanggungjawab, dedikasi dan optimal iman dihayati dan menjadi
kesaksian bagi orang lain.
·
Dialog
Sosial: Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan setiap pemeluk agama menghadapi
realita sosial yang sama di lingkungan tempat tinggalnya. Membangun kepekaan
sosial dan kerjasama untuk terlibat mengatasi persoalan sosial merupakan dialog
agama yang real dan relevan. Karya sosial merupakan karya universal yang hendak
membela hidup setiap pribadi, karena itu karya sosial tidak membedakan orang
berdasarkan perbedaan yang ada. Umat beragama dapat bersama-sama berjuang
membantu para korban bencana alam, memerangi korupsi, mencegah tindakan
kriminal, bergotongroyong di mastarakat, aktif siskamling dsb.
·
Dialog Hidup:
Dalam semua aspek kehidupan iman dihayati. Kehidupan manusia yang berdasarkan
iman akan menjaga keutuhan semua ciptaan Tuhan terlebih sesama manusia. Dengan
hidup bersama orang lain, penghayatan iman semakin dimurnikan tanpa kehilangan
identitas imannya.
·
Dialog Iman:
Setiap orang berusaha menghayati imannya. Dalam kehidupan ini orang dapat
saling mensharingkan perjuangan penghayatan imannya kepada orang lain kendati
tidak seiman. Sharing perjuangan penghayatan iman dalam kehidupan ini dapat
menjadi dukungan dan peneguh bagi orang lain dan diri sendiri.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar