Senin, 13 Januari 2014

FENOMENOLOGI AGAMA BAGIAN KEDUA

7. Agama dan Moral                        
1.      Manusia sebagai dalam hidup bersama dengan orang lain membuat suatu kesepakatan yang mengikat kehidupan bersama. Kehidupan bersama diatur dalam tatanan bersama dengan mengesampingkan kepentingan individu. Setiap orang agar dapat diterima dalam kehidupan bersama harus hidup dalam tatanan itu. Tatanan itu menjadi norma yang memuat nilai baik atau buruk dan itulah yang menjadi tatanan moral yang akan diwariskan turun menurun. Karena setiap pribadi dapat hidup dalm berbagai kelompok dengan demikian ada banyak tatanan moral: adat, agama, pendidikan, olahraga dll.
2.      Selain tatanan sosial yang menjadi unsur moralitas, setiap pribadi juga mengembangkan moralitasnya sendiri berdasarkan basic yang ia miliki. Latarbelakang keluarga, hidup keagamaan, pendidikan, pergaulan akan mempengaruhi ketajaman daya moralitas seseorang dalam menilai perilakunya sendiri.
3.      Istilah Moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan / nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral
4.      Nilai-nilai moral itu seperti :Seruan untuk berbuat baik terhadap orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain.Larangan mencuri, berzina, membunuh, minum-minuman keras serta berjudi.Seseorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
5.      Dengan demikian Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, baik itu akhlak, kewajiban dll; Merupakan derajat kebebasan dari hambatan – hambatan dalam kegiatan untuk menuju tujuannya; Derajat kebebasan individu untuk bertindak, berinteraksi, menguatkan harapan dan menunjukkan perilaku – perilaku menuju tujuan, dibatasi oleh perilaku yang benar.
6.      Kata moral memuat beberapa pengertian: 1. Menyinggung ahklak, moril, tingkah laku yang susila. 2. Ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku pantas dan baik. 3. Menyinggung hukum atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku.
7.      Berdasarkan (Kohlberg, 1980) penalaran moral dibedakan menjadi : Pra-konvensional: Ukuran benar dan salah berdasar objek di luar individu , terdiri 2 stadium : Konvensional,Mendasarkan pengharapan sosial, yaitu perbuatan dinilai benar bila sesuai dengan peraturan yang ada dalam masyarakat. Dan Post-konvensional, Memandang aturan – aturan yanga da dalam masyarakat tidak absolut, tetapi relatif, dan dapat diganti oleh orang lain.
8.      Ketiga tingkatan terbagi dalam 6 stadium, yaitu: 1). Orientasi patuh dan taat hukuman
            Tingkah laku dinilai benar bila tidak dihukum dan salah bila perlu hukuman. Seseorang harus patuh pada otoritas karena otoritas tersebut berkuasa.2). Orientasi naif egoistis/hedonisme instrumental. Mendasarkan pada orang lain atau kejadian di luar diri individu, namun sudah memperhatikan alasannya perbuataanya, misal mencuri dinilai salah, tetapi masih bisa dimaafkan bila alasannya adlah untuk memenhi kebutuhan dirinya atau orang lain yang disenangi. 3). Orientasi anak/person yang baik. Anak menilai perbuatan itu baik bila ia dapat menyenangkan orang lain, bila ia dapat berbuat seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. 4). Orientasi pelestarian otoritas dan aturan social.Anak melihat aturan sosial yang ada sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dilestarikan. Seseoarang dinilai bermoral bila ia “ melakukan tugasnya” dan dengan demikian dapat melestariakan aturan dan sistem sosial. 5). Orientasi kontrol legalistic.Peraturan pada masyarakat merupakan kontrol/perjanjian antara diri rang dan masyarakat. Individu harus memenuhi kewajiban – kewajibannya, tetapi masyarakat harus menjamin kesejahteraan indiidu. Peratutan dalam masyarakat subyektif. 6). Orientasi prinsip dan konsensia sendiri.     Peraturan dan norma subyektif, batasannya adalah subyektif dan tidak pasti. Maka ukuran nilai tingkah laku moral konsensia orang sendiri.
9.      Perkembangan Moral (Moral Development), merupakan perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Berkaitan dengan perkembangan moral, para pakar menunjukan 3 hal yang perlu diperhatikan: Bagaimana remaja mempertimbangkan atau memikirkan peraturan-peraturan untuk melakukan tingkahlaku etis? (Pertimbangan/pemikiran moral. Bagaimana  remaja bertingkahlaku dalam situasi moral yang sebenaranya? (Perilaku moral). Bagaimana perasaan remaja mengenai masalah moral? (Perasaan moral).
10.  Nilai-nilai agama yang diyakini mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia sarat dengan pesan moral yang menjadi norma personal dan komunitas agama itu. Namun pendalaman moral agama tergantung pada perhatian dan penghayatan pribadi terhadap ajaran agama yang diyakini.****

8. Agama dan Psikologi

1.      Manusia adalah mahluk dinamis. Dalam kehidupan manusia, setiap individu memiliki dinamikanya sendiri. Secara unik, tiap pribadi manusia mengalami pergerakan, perubahan juga perkembangan. Kendati demikian, tetap ada hal yang stabil dalam diri manusia yang menjadi identitas pribadi. Dinamika hidup manusia menyangkut segala aspek internal (Fisiologis dan Psikologis) juga aspek eksternal yang menyangkut aktivitas dan perilakunya (Behavior). Aspek-aspek internal berpengaruh terhadap pola perilaku manusia. Psikologi, menjadi ilmu yang berupaya untuk mempelajari perilaku manusia.
2.      Ada banyak teori tentang psikologi. Secara etimologi, arti awal Psikologi adalah ilmu jiwa (Yunani Psyche=jiwa dan Logos=ilmu).  Namun dalam perjalanannya, ada pengembangan arti psikologi:
·       Wundt (Devidoff, 1981): Ilmu tentang kesadaran manusia (The science of human Consciousness).
·       Woodworth & Marguis (1957): Ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu.
·       Branca (1964), Sartain (1967): Ilmu tentang perilaku (The science of Behavior).
·       Morgan (1984): Ilmu tentang perilaku manusia dan hewan.
3.      Secara umum psikologi dipahami sebagai ilmu yang meneliti serta mempelajari perilaku atau aktivitas manusia sebagai manifestasi kejiwaannya. Dari pengertian tersebut, kiranya perilaku dan aktivitas manusia dapat berubah atau berkembang  seturut dengan perkembangan manifestasi kejiwaan pribadi itu sendiri. Kemampuan manusia untuk dapat memanifestasikan dinamika jiwanya pun dipengaruhi perkembangan diri manusia dalam aneka aspek yang menyangkut segala hal yang dimiliki oleh pribadi manusia. Semua itu berlangsung sepanjang hidupnya (Life span).
4.      Agama dan seluruh dinamika pengungkapan yang dihayati oleh manusia merupakan salah satu manifestasi kejiwaan manusia yang membentuk suatu perilaku tertentu dalam diri manusia.
5.      Melalui kehidupan spiritualitas yang dibangun dalam agama yang dipilihnya, setiap orang juga berusaha menggapai kebahagiaan hidup. Bahkan kebahagiaan yang hendak dicapai melalui kehidupan spiritualitas menyangkut kebahagiaan lahir batin yang terarah bukan hanya dalam kehidupan di dunia ini saja, melainkan juga terarah pada kehidupan akherat atau kehidupan setelah mati. Spiritualitas mengacu pada kecenderungan manusia untuk mencari makna hidup melalui sesuatu yang melebihi dirinya sendiri atau kebutuhan untuk berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari kehidupan individu itu sendiri. Agama, mengacu pada pencarian spiritual yang dihubungkan dengan institusi formal (Zinnbauger, et.al., 1999).  Bahkan sudah sekian lama agama diyakini menjadi sumber utama dari makna hidup, memberikan keyakinan personal, pengharapan, tujuan dan menempatkan kehidupan personal lebih luas dan konteks hidup yang tak terbatas (Emmons, 2005).
6.      Dalam kehidupan manusia, spiritualitas berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. Koeing, et al (2001) berpendapat bahwa orang yang lebih religius dan terlibat lebih banyak dalam kegiatan keagamaan cenderung lebih sehat secara mental dan fisik  Hal ini diakui juga oleh George, dkk bahwa orang-orang yang memiliki tingkat keagamaan tinggi cenderung memiliki penyakit yang lebih sedikit, cenderung hidup lebih lama dengan memiliki tingkat kanker dan serangan jantung yang lebih rendah. Mereka juga lebih cepat sembuh dari penyakit atau operasi serta memiliki toleransi yang lebih besar terhadap rasa sakit. George juga tidak melihat adanya dampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik dari agama (George, et al., 2000).
7.      Agama memberikan dampak kecil tetapi signifikan dan konsisten terhadap kesejahteraan hidup umat manusia (Emmons, 1999). Setidaknya ada lima faktor alasan mengapa agama mempengaruhi kesehatan mental dan fisik, yaitu: Agama memberikan dukungan sosial; Bersama orang lain yang mendukung dan membantu dalam konteks agama turut mendukung kesehatan fisik (Myers, 2000), meski tidak tertutup kemungkinan terjadi juga konflik interpersonal dalam agama. Agama membantu gaya hidup yang sehat; Peningkatan kehidupan keagamaan menjadi salah satu sebab yang memperkecil perilaku tidak baik yang membahayakan kesehatan. Contohnya, orang yang lebih religius mengkonsumsi lebih sedikit alkohol dan rokok (Myers, 2000). Agama membantu mengembangkan integritas kepribadian; Integritas kepribadian terbantu perkembangannya karena peningkatan dedikasi atau komitment agama seseorang. Hal ini juga membantu individu mengatasi konflik internal (Emmons, 1999). Agama menyediakan strategi koping yang unik; Agama memberikan harapan dan perspektif lain dari persoalan yang dihadapi manusia, membantu orang menempatkan hidupnya dalam kerangka yang lebih besar serta menciptakan identitas baru (Emmons, 1999) yang melibatkan rasa optimisme dan harapan (Seligmen, 2002). Agama memberikan kesadaran akan makna dan tujuan hidup; Agama menyediakan pandangan yang lebih besar akan kehidupan manusia dan memberikan penjelasan mengapa kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dapat terjadi. Saat hidup terasa sulit, agama memberikan penghiburan melalui penjelasan yang penuh harapan. Kemampuan agama dalam memberikan penyadaran akan makna dan tujuan hidup menjadi prediktor penting dalam meningkatkan kesehatan (George, 2000).
8.      Salah satu aspek dari kehidupan spiritual dan beragama adalah doa. Secara khusus, doa mendatangkan ketenangan batin, cara praktis orang mengungkapkan permasalahannya dan tempat orang mampu bercerita apa saja. Semakin tinggi frekuensi doa seseorang, semakin besar pula kesehatan mental dan vitalitas juga semakin sehat keadaan psikologisnya (Koenig, et all., 2001; Peterson, 2000). Hal ini merupakan misteri, sebab secara ilmiah belum ditemukan jawaban, mengapa doa berpengaruh terhadap kesehatan juga pemulihan dari kondisi sakit. ****


9.      Agama dan Sosiologi

·         Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi [dinamis] dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
·         Émile Durkheim berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan '''fungsionalisme''' yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen [sosial] sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
·         Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
1. Fakta sosial: sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut
2. Tindakan sosial: sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain.
3. Khayalan sosiologis: sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.
4. Realitas sosial: adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.
·         Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi
Sosiologi merupakan salah satu bidang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat. Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut. Sosiologi adalah ilmu sosial karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan. Sosiologi termasuk disiplin ilmu normatif, bukan merupakan disiplin ilmu kategori yang membatasi diri pada kejadian saat ini dan bukan apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu pengetahuan terapan. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan konkret. Artinya yang menjadi perhatian adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat secara menyeluruh, bukan hanya peristiwa itu sendiri. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.
·         Objek Sosiologi
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan mempunyai beberapa objek: Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala-gejala dan proses hubungan antara manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri. Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Dengan demikian objek formal sosiologi adalah hubungan manusia antara manusia serta proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat.
·         Agama merupakan realitas sosial yang merupakan kumpulan dari individu-individu yang memiliki kesamaan sistem kepercayaan dan dalam kebersamaan mengikatkan diri kepada tatanan iman bersama serta berusaha menjaga dan meneruskannya bagi pribadi lain.

10.  Agama dan Politik
·         Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat  yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
·         Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
·         Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.
·         Lembaga politik: Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.
·         Setiap negara mendasarkan diri pada sistem politik tertentu berdasarkan latarbelakang sejarah, dan golongan yang berkuasa. Kendati demikian, dalam kehidupan politik negara, sistem politik harus mampu merangkul semua kepentingan rakyat dan golongan yang ada dalam negara tersebut. Oleh karena itu sistem politik tidak dapat didasarkan kepada sistem kepercayaan atau agama, sebab sistem kepercayaan tidak bersifat universal atau berlaku bagi semua individu manusia.
·         Agama bukanlah lembaga politis, melainkan lembaga kepercayaan yang membentuk suatu masyarakat tertentu. Dalam suatu negara terdapat aneka masyarakat agama yang semestinya mendapatkan hak dan kesempatan yang sama untuk mendukung setiap individu beribadah menurut keyakinan mereka masing-masing.
·         Sistem kepercayaan sudah terlebih dahulu ada sebelum adanya negara dan sistem politik. Oleh karena itu, sistem politik semestinya mengabdi kepada terjaminnya sistem kepercayaan dapat dijalankan secara optimal oleh setiap pemeluk agama. Penghayatan kepercayaan yang benar akan membantu manusia untuk masuk dalam ranah politik dengan tetap memperhitungkan harmoni relasi pribadi dengan Tuhan dan dengan sesama.
·         Sistem politik tidak dapat dipadukan dengan sistem agama, karena hal ini akan menjadikan nilai kepercayaan menjadi tidak lagi murni melainkan terkontaminasi oleh aneka kepentingan politis.
11.  Agama dan Teknologi

·         Dalam memasuki Era Industrialisasi, pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Oleh sebab itu, tepat momentumnya jika kita merenungkan masalah teknologi, menginventarisasi yang kita miliki, memperkirakan apa yang ingin kita capai dan bagaimana caranya memperoleh teknologi yang kita perlukan itu, serta mengamati betapa besar dampaknya terhadap transformasi budaya kita termasuk dalam agama. Sebagian dari kita beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru, padahal, kalau kita membaca sejarah, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
·         Sejarah Teknologi: Perkembangan teknologi berlangsung secara evolutif. Sejak zaman Romawi Kuno pemikiran dan hasil kebudayaan telah nampak berorientasi ke bidang teknologi. Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam sebuah buku berjudul Teknologi: Diskripsi Tentang Seni-Seni, Khususnya Mesin (Technology: A Description Of The Arts, Especially The Mechanical).
·         Kemajuan Teknologi: Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun rumah.
·         Ada tiga klasifikasi dasar dari kemajuan teknologi yaitu : Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress) Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress) Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan. Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress) Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modal.
·         Agama berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Pengembangan agama juga tidak terlepas dengan pemanfaatan sarana teknologi yang mengalami kemajuan pesat. Agama tidak bertentangan dengan  teknologi sejauh teknologi yang berkembang tetap menjaga hakikat hidup manusia.
·         Agama di satu sisi dapat memanfaatkan teknologi untuk semakin membantu penghayatan iman namun di sisi lain harus bersikap kritis terhadap teknologi yang justru akan menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri di semua aspek kehidupan.
·         Agama di tengah pesatnya pertumbuhan teknologi yang tidak terbendung juga harus mengimbangi dengan semakin memperteguh sistem kepercayaan internal, agar orang beriman mampu bersikap atas perkembangan teknologi di sekitarnya tanpa menjadi hanyut dan kehilangan jati diri imannya.

12.  Agama dan Kematian

·         Kematian atau Ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.
·         Yudaisme: dalam Yudaisme, Akhir zaman biasanya disebut Akhir hari-hari (aharit ha-yamim, אחרית הימים). Kejadian-kejadian penuh bencana akan menjungkirbalikkan tatanan dunia yang lama dan akan muncul tatanan dunia baru yang dijanjikan Tuhan sebagai Yerusalem baru.
·         Ajaran Katolik: Gereja Katolik Roma pada umumnya menganut aliran pemikiran Amilenial, yang dikemukakan oleh Augustinus dari Hippo dalam karyanya "Kota Allah". Augustinus mengklaim sebuah penggenapan nubuat yang tidak harafiah. Umat Katolik dapat pula merujuk kepada Injil Matius 24:36; di sini Kristus dilaporkan mengatakan: "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri."
·         Gereja-gereja Protestan: Keyakinan-keyakinan tentang Akhir zaman di kalangan Kekristenan Protestan sangat berbeda-beda. Kaum Kristen pra-milenialis yang percaya bahwa Akhir zaman sedang terjadi saat ini, biasanya spesifik tentang garis waktu yang berpuncak pada hancurnya dunia. 'Akhir zaman' dapat pula merujuk semata-mata pada beralihnya suatu zaman atau masa yang panjang tertentu dalam hubungan antara manusia dengan Allah. Para penganut pandangan ini kadang-kadang mengutip Surat 2 Timotius, dan menarik analogi dengan akhir abad ke-20/awal abad ke-21.Kebanyakan orang Kristen fundamentalis mengantisipasi nubuat Alkitab akan digenapi secara harafiah. Mereka memandang perang di dunia dan regional, gempa bumi, badai, tan bencana kelaparan sebagai permulaan dari sakit saat bersalin yang Yesus gambarkan dalam Matius 24:7-8 dan Markus 13:8. Mereka percaya bahwa umat manusia dimulai di Taman Eden, dan menuju ke Megido sebagai tempat berakhirnya kelak sistem dunia yang ada sekarang ini, dengan datangnya Mesias yang akan memerintah selama 1.000 tahun.
·         Islam: Yaum al-Qiyamah (Arab:يوم القيامة) adalah hari akhir bagi seluruh makhluk ciptaan Allah. Islam memberikan pedoman yang jelas kepada para pengikutnya mengenai akhir zaman. Ada berbagai tanda (hingga 100) yang terdapat dalam Sunnah dan Al-Quran mengenai kedatangan Akhir Zaman. Tanda-tanda ini dapat dibagi menjadi dua bagian, besar (Kubra) dan kecil (Sughra). Tanda-tanda yang besar mencakup kedatangan Dajjal, Imam Mahdi dan kemudian Nabi Isa (yang akan menyatukan semua kekuatan baik untuk melawan yang jahat), ditiupnya sangkakala dan tanda-tanda yang kecil akan mendahuluinya. Eskatologi Islam berkaitan dengan Qiyamah (kiamat), akhir dunia, dan penghakiman terakhir umat manusia. Eskatologi ini adalah salah satu dari keenam rukun Iman (aqidah) dalam Islam. Seperti agama-agama Abrahamik lainnya, Islam mengajarkan kebangkitan tubuh orang mati, penggenapan rencana ilahi untuk penciptaan, dan keabadian jiwa manusia; orang-orang benar akan diganjar dengan kesenangan Jannah (surga), sementara yang jahat akan dihukum dalam Neraka. Al-Quran banyak sekali membahas keyakinan ini, dengan banyak hadits yang menguraikan tema-temanya dan rinciannya. Literatur apokaliptik Islam yang menggambarkan Harmagedon sering dikenal sebagai fitnah (ujian) dan malahim (atau ghayba dalam tradisi Syi’ah). Para ulama membagi kiamat menjadi 2 bagian yaitu: Kiamat Shugra (kecil), yaitu matinya setiap manusia dan bisa pula bencana-bencana alam; Kiamat Kubra (total), yaitu dihancurkan dan diakhirinya seluruh fisik dan hukum dunia fana.
·         Zoroastrianisme: Zoroaster adalah eskatologi tertua dalam sejarah yang tertulis. Pada 500 SM, umat Zoroaster telah sepenuhnya mengembangkan sebuah konsep tentang akhir dunia yang ditelan oleh api ilahi. Menurut filsafat Zoroaster, yang disunting dalam Zand-i Vohuman Yasht, "pada akhir musim dinginmu yang kesepuluhribu... matahari semakin tak terlihat dan tampak; tahun, bulan, dan hari menjadi makin pendek, dan bumi menjadi lebih tandus; dan tanaman tidak akan menghasilkan benih; dan manusia... menjadi semakin menipu dan cenderung melakukan praktik-praktik jahat. Mereka tidak mengenal rasa terima kasih." "Kekayaan yang terhormat semuanya diserahkan kepada mereka yang memiliki iman yang menyimpang...dan awan kelam membuat seluruh langit kelam ... dan akan menurunkan hujan dengan makhluk-makhluk yang berbahaya daripada musim dingin." Pada Pertempuran akhir antara orang-orang benar dan jahat, suatu Penghakiman terakhir atas semua jiwa akan berlangsung. Orang-orang berdosa akan dihukum selama 3 hari, tetapi kemudian akan diampuni. Dunia akan mencapai kesempurnaan karena kemiskinan, usia lanjut, penyakit, kehausan, kelaparan dan kematian ditunda. Konsep-kosep Zoroastrian sangat mirip dengan konsep-konsep keyakinan eskatologis Yahudi, Kristen, dan Islam terutama karena pengaruh Zoroastrianisme terhadap Yudaisme sementara konsepnya tentang Levant berada dalam kekuasaan Akhemenid dan kemudian muncul kembali dalam Kekristenan dan Islam.
·         Buddhisme: Siddhārtha Gautama (Sansekerta; Pali: Siddhāttha Gotama) adalah guru rohani dari India kuno dan pendiri Buddhisme. Waktu kelahirannya dan kematiannya tidak diketahui dengan pasti, namun sejumlah sejarahwan abad ke-20 telah memperkirakan masa hidupnya dari sekitar 563 SM hingga 483 SM. Namun demikian, beberapa pakar yang lebih mutakhir telah mengusulkan tahun antara 410 hingga 400 SM untuk kematiannya.. Namun, kronologi alternatif ini belum diterima oleh para sejarahwan lainnya. Pendiri Buddhisme ini meramalkan bahwa ajaran-ajarannya akan lenyap setelah 500 tahun. Menurut Sutta Pitaka, "sepuluh perilaku moral " akan lenyap dan bangsa-bangsa akan mengikuti sepuluh konsep yang tidak beramoral yaitu mencuri, kekerasan, membunuh, berbohong, mengucapkan hal-hal yang jahat, perzinahan, kata-kata yang kotor dan ngawur, kecemburuan dan kehendak yang buruk, keserakahan yang berlebih-lebihan, dan nafsu yang menyimpang sehingga mengakibatkan timbulnya kemiskinan yang luar biasa dan mengakhiri hukum-hukum dunia dari dharma sejati. Sebagai bagian dari eskatologi Buddhis, ada keyakinan bahwa zaman menjelang kedatangan Buddha Maitreya yang akan datang akan dicirikan oleh kemurtadan, kelemahan fisik, kekurangan kepuasan seksual, dan kehancuran masyarakat pada umumnya.Pada Abad Pertengahan, rentangan waktunya diperluas hingga 5.000 tahun. Para penafsir seperti Buddhaghosa meramalkan lenyapnya setahap demi setahap ajaran-ajaran Sang Buddha. Pada tahap pertama, arahat tidak akan muncul lagi di dunia. Belakangan, isi ajaran sejati Sang Buddha akan lenyap, dan hanya bentuknya sajalah yang akan dilestarikan. Akhirnya, bahkan bentuk Dharma akan dilupakan. Pada tahap terakhir ini, kenangan akan Sang Buddha sendiri akan dilupakan, dan relikui-relikuinya yang terakhir akan dikumpulkan di Bodh Gaya dan dikremasikan. Pada suatu masa setelah perkembangan ini muncullah seorang Buddha baru yang bernama Maitreya untuk memperbarui ajaran-ajaran Buddhisme dan menemukan kembali jalan menuju Nirwana. Maitreya diyakini saat ini berada di surga Tushita, dan di sana ia menantikan kelahirannya kembali yang terakhir di dunia.
·         Hinduisme: Umat Hindu mempunyai pemahaman siklis tentang sejarah eksternal/spiritualitas internal. Siklus atau "Kalpa" menggambarkan pola kemerosotan keadaan alam dan peradaban antara periode-periode ketakberwaktuan ketika Brahman (aspek Sang Pencipta dari pikiran/roh) melahirkan kembali keberadaan/realitas dunia. Ada empat yug atau zaman dalam proses ini dari yang sepenuhnya murni kepada yang sepenuhnya najis. Yang terakhir adalah Kali Yuga atau Zaman Besi di mana peradaban akan merosot secara rohani, hidup manusia berkurang karena kekerasan dan penyakit dan alam pada umumnya mengalami kematian. Ini adalah periode terburuk sebelum kehancuran total yang kemudian diikuti oleh suatu Zaman Emas. Nubuat-nubuat tradisional Hindu, seperti digambarkan dalam Puranas dan beberapa teks lainnya, mengatakan bahwa dunia akan jatuh ke dalam kekacauan dan kerusakan. Kemudian akan terjadi serangkaian penyimpangan, keserakahan dan konflik dengan cepat, dan keadaan ini digambarkan sebagai: "Yada Yada Hi Dharmasya Glanir Bhavati Bharata, Abhyuthanam Adharmasya Tadatmanam Srijami Aham". Bhagavad Gita (Bab IV-7). "Di mana kebenaran itu mati O! Bharatha Dan ketidakbenaran muncul, maka Aku akan muncul menampakkan Diriku!" Jadi di mana ada kejahatan dan kekacauan yang tidak dapat ditolerir di dunia, di situlah akan muncul seorang avatar. Dalam yuga yang sekarang, yang dikenal sebagai Kali (yang paling jahat) yuga, "Tuhan akan menampakkan diri-Nya sebagai sang Kalki Avatar... Ia akan menegakkan kebenaran di muka bumi dan pikiran bangsa-bangsa akan menjadi semurni kristal."  Dalam Hinduisme, tidak dikenal penghukuman kekal terhadap jiwa. Akhir zaman juga tidak ada. Setelah Kali yuga yang jahat ini berakhir, yuga atau zaman berikutnya adalah Satya yuga di mana setiap orang adalah orang yang benar, diikuti oleh Dwapara yuga, Treta yuga dan kemudian Kali Yuga yang lain. Dengan demikian waktu bersifat siklis dan zaman terus berulang tanpa akhir. Namun demikian, keberadaan kejahatan dan kemerostan yang dapat ditolerir dalma masing-masing zaman itu berbeda dan karenanya ambang yang perlu untuk perwujudan penjelmaan Dewa juga berbeda-beda untuk masing-masing yuga. Yuga yang sekarang adalah yang paling jahat sehingga ambang untuk munculnya avatar juga begitu tinggi sehingga dunia perlu menurunkan tingkat maksimumnya. Lamanya Kalpa dikatakan berlangsung 5.000 tahun menurut Brahma Kumaris World Spiritual University (BKWSU). BKWSU percaya akan zaman ke-5 yang disebut Zaman Percampuran, suatu masa kehancuran dunia dan pada saat bersamaan Wahyu Tuhan, bahwa umat manusia telah memasuik Akhir zaman kira-kira pada 1936 dan periode ini akan berakhir kira-kira pada 2036.
·         Agama Bahá'í: Pendiri agama Bahá'í, Bahá'u'lláh mengklaim bahwa ia adalah Almasih yang datang kembali serta pengharapan kenabian dari semua agama lainnya. Ia juga memberikan bukti-bukti tentang Akhir zaman dan tempat dirinya. Terbentuknya agama bersamaan dengan nubuat Millerit yang menunjuk kepada tahun 1844. Sehubungan dengan pengharapan khusus tentang akhir zaman, dikatakan bahwa Pertempuran Harmagedon telah berlalu[18] dan bahwa kematian syahid massal yang diantisipasikan pada Akhir zaman telah terjadi dengan konteks historis dari agama Bahá'í.
·         Indian:Beberapa suku Indian menganut keyakinan mengenai akhir zaman. Di antara suku-suku Indian di benua Amerika, suku Hopi juga mempunyai pengharapan akan suatu "Hari Penyucian" yang diikuti oleh suatu pembaruan besar. Para pemimpin suku Hopi, seperti misalnya Dan Evehema, Thomas Banyaca dan Martin Gashwaseoma, bernubuat bahwa kedatangan bangsa kulit putih menandai akhir zaman, bersama-sama dengan munculnya Binatang yang aneh "seperti seekor bison tetapi dengan tanduk-tanduk yang besar yang akan membanjiri negeri". Dinubuatkan bahwa pada akhir zaman, bumi akan dilintasi oleh ular-ular besi dan sungai-sungai batu; negeri akan dilintasi oleh sarang laba-laba raksasa, dan laut akan berubah menjadi hitam. (penafsiran spekulatif yang umum diberikan adalah menyamakan “ular besi” dengan kereta api, “sungai batu” dengan jalan raya dan sarang laba-laba raksasa dengan kabel-kabel listrik atau bahkan dengan jaringan komputer sedunia.) Juga dinubuatkan bahwa suatu "tempat tinggal yang luas" di surga akan jatuh dalam sebuah tabrakan yang besar. Ia akan muncul sebagai sebuah bintang biru, dan bumi akan berguncang. Lalu orang-orang putih akan bertempur dengan bangsa-bangsa di negara-negara lain, dengan mereka yang memiliki hikmat tentang kehadirannya. Lalu akan timbul asap di padang-padang gurun, dan tanda-tanda tentang kehancurannya yang hebat pun dekat. Lalu banyak orang yang akan mati, tetapi mereka yang paham akan nubuat-nubuat akan hidup di tempat-tempat bangsa Hopi dan selamat. Pahana "Saudara Kulit Putih Sejati" kemudian akan kembali untuk menanam benih-benih kebijaksanaan dalam hati manusia, dan dengan demikian mengantarkan fajar Dunia Kelima.
·         Lakota: Menurut seorang dukun Lakota Oglala - "kegelapan akan turun ke atas suku ini… dunia akan kehilangan keseimbangan. Lalu banjir, kebakaran dan gempa bumi akan terjadi." Seekor " Anak Bison Betina Putih" akan memurnikan dunia. Lalu ia akan mengembalikan keserasian dan keseimbangan rohani spiritual. Bison putih telah dilahirkan pada 1994, 1995 dan pada 2006 di sebuah peternakan di Janesville, Wisconsin. Karena itu banyak pemimpin suku lalu merasa bahwa nubuat ini sedang digenapi.
·         Maya: Kelompok Maya kuno dan modern percaya bahwa jagad raya pernah diperbarui empat kali sebelumnya. Namun upaya pertama menghasilkan binatang; upaya kedua menghasilkan manusia yang diciptakan dari tanah liat yang pada akhirnya akan menjadi serangga-serangga tertentu (misalnya semut dan lebah); upaya ketiga menghasilkan kera; dan yang keempat menghasilkan kita: "manusia sejati." Masing-masing upaya sebelumnya untuk menciptakan manusia dihancurkan oleh berbagai bencana yang melenyapkan jagad raya. Cerita-cerita ini berbeda-beda dalam berbagai kelompok Maya: binatang-binatang hampir seluruhnya dimusnahkan oleh banjir, manusia dari tanah liat hampir dimusnahkan oleh banjir dan kemudian oleh badai api di seluruh bumi, manusia kera diserang oleh milik mereka dan binatang-binatang mereka sendiri. Kalender Maya yang berbasis astronomi akan mencapai siklus penuhnya yang besar selama sekitar 5.200 tahun pada 21 Desember 2012. Meskipun tidak ada bukti-bukti yang kuat bahwa bangsa Maya kuno menganggap tanggal ini signifikan, banyak orang yang telah menduga bahwa inilah “akhir seluruh Jagad raya” menurut perspektif Maya, dan yang lainnya percaya bahwa bangsa Maya memaksudkannya sebagai lambang dari "datangnya perubahan besar."
·         Mitologi Yunani: Mitologi Yunani kuno mengklaim bahwa Zeus, yang sebelumnya telah menggulingkan ayahnya, Kronus, pada gilirannya juga akan digulingkan oleh seorang anak lelakinya. Cerita ini dapat dilihat sebagai ekuivalen dari akhir dunia, atau akhir zaman. Prometeus menyingkapkan kepadanya bahwa anak ini akan dilahirkan dari Zeus dan Thetis, bila mereka melakukan hubungan kelamin. Untuk mencegah terjadinya hal ini, Zeus menikahkan Tetis dengan Peleus, seorang manusia fana yang lemah. Dari pernikahan ini lahirlah Akiles, tokoh protagonis dari Iliad dan salah satu dari pahlawan terbesar dalam mitos Yunani.****
13.  Dialog Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara membaktikan diri , yaitudengan :
·         Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·         Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian agama menjadi ungkapan bakti manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, pembaktian dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Cara Beragama

Berdasarkan cara beragamanya :
  1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
  2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
Populasi Umat beragama di dunia:
·         Kekristenan 4,637 - 4,985 miliar
·         Islam 1,5 - 1,55 miliar
·         Non-Adherent (Sekular/Atheis/Tidak Beragama/Agnostik/Tidak Atheis) 1,1 miliar
·         Hinduisme 700 - 750 juta
·         Kepercayaan tradisional Tionghoa 394 juta
·         Buddhisme 450 juta - 1 miliar
·         Paganisme 300 juta
·         Tradisi Afrika dan diasporik (tanah air) 100 juta
·         Sikhisme 23 juta
·         Juche 19 juta
·         Spiritisme 15 juta
·         Yudaisme14 juta
·         Baha'i 7 juta
·         Saksi-Saksi Yehuwa 6,5 juta
·         Jainisme 4,2 juta
·         Shinto 4 juta
·         Cao Dai 4 juta
·         Zoroastrianisme 2,6 juta
·         Tenrikyo 2 juta
·         Neo-Paganisme 1 juta
·         Unitarian Universalisme 800 ribu
·         Gerakan Rastafari 600 ribu

Dialog Agama


·         Dialog Teologal: Dialog hanya mungkin dilakukan sejauh orang memahami secara mendalam teologi agamanya masing-masing. Dialog teologal dilakukan dengan saling memberikan pemahaman dari masing-masing agama terhadap suatu topik teologis tanpa saling menilai atau menyalahkan.
·         Dialog Karya: Setiap manusia apapun agamanya dipanggil untuk bekerja dan berkarya guna pemenuhan kebutuhan hidup dan pengaktualan diri. Dengan menjalankan karya atau tugas penuh tanggungjawab, dedikasi dan optimal iman dihayati dan menjadi kesaksian bagi orang lain.
·         Dialog Sosial: Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan setiap pemeluk agama menghadapi realita sosial yang sama di lingkungan tempat tinggalnya. Membangun kepekaan sosial dan kerjasama untuk terlibat mengatasi persoalan sosial merupakan dialog agama yang real dan relevan. Karya sosial merupakan karya universal yang hendak membela hidup setiap pribadi, karena itu karya sosial tidak membedakan orang berdasarkan perbedaan yang ada. Umat beragama dapat bersama-sama berjuang membantu para korban bencana alam, memerangi korupsi, mencegah tindakan kriminal, bergotongroyong di mastarakat, aktif siskamling dsb.
·         Dialog Hidup: Dalam semua aspek kehidupan iman dihayati. Kehidupan manusia yang berdasarkan iman akan menjaga keutuhan semua ciptaan Tuhan terlebih sesama manusia. Dengan hidup bersama orang lain, penghayatan iman semakin dimurnikan tanpa kehilangan identitas imannya.
·         Dialog Iman: Setiap orang berusaha menghayati imannya. Dalam kehidupan ini orang dapat saling mensharingkan perjuangan penghayatan imannya kepada orang lain kendati tidak seiman. Sharing perjuangan penghayatan iman dalam kehidupan ini dapat menjadi dukungan dan peneguh bagi orang lain dan diri sendiri.

*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar