Senin, 13 Januari 2014

LAPORAN OUTING CLASS

LAPORAN OUTING CLASS PRIBADI
PULAU KEMARAU
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah
FENOMENOLOGI AGAMA
Dosen Pembimbing :

                                                                                                                  
DISUSUN OLEH :
NAMA : NGAKAN NYOMAN DIARSE
NIM : 1213001
JURUSAN : TEKNIK INFORMATIKA




SEKOLAH TINGGI TEKNIK MUSI PALEMBANG
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
Alamat: Jln. Bangau no. 60 Palembang
Tahun Ajaran 2013/2014



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyusun laporan hasil study lapagan yang telah dilaksanakan pada hari minggu tanggal 15 Desember 2013. Tidak kami pungkiri bahwa segala kekurangan berada di dalam laporan kami, maka dari itu kami terus mengharapkan masukan-masukan untuk hasil laporan kami ini.
Di dalam laporan ini, kami rangkum semua hasil penelitian kami di Pulau Kemarau. Kami harapkan dengan adanya laporan ini, dapat menjadi acuan dan sumber informasi untuk semua orang. Kritik dan saran dapat membantu penyempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat berguna bagi teman-teman kampus dan dunia pendidikan pada umumnya.



Palembang,   Januari 2013

Penulis












BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Begitu banyak agama yang terkenal dan dianut banyak orang di dunia ini baik agama yang telah dideklarasikan oleh pemerintah ataupun kepercayaan-kepercayaan lain yang bermacam-macam bentuknya dan upacaranya.
Agama dan kepercayaan berkembang dengan sangat cepat dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak orang memahami bahwa agama dianggap sebagai suatu pedoman dalam menjalani hidup. Namun, tak banyak pula orang yang meyakini bahwa ada kehidupan lain selepas kita meninggalkan dunia ini.
Maka dari itu banyak kepercayaan yang menafsirkan tentang kehidupan setelah kematian dengan cara yang berbeda. Semua hal ini diwujudkan baik objeknya ataupun implementasinya diarahkan tanpa terlepas dari keyakinan setiap agama ataupun kepercayaan dalam mencapai suatu yang dinamakan “Yang Transenden”.
Selain itu agama juga dijadikan sebagai tolak ukur dari dinamika kehidupan yang terus berkembang dari hari ke harinya sehingga setiap agama juga mengajarkan semua umatnya untuk berpikir kritis dan realistis terhadap setiap fenomena yang ada. Baik fenomena yang berasal dari peninggalan bersejarah maupun tempat-tempat yang dipercaya memiliki kemampuan mistis, dsb.
Untuk mengamati tentang hal itu, penulis akan membahas tentang agama, kepercayaan yang berkembang di salah satu tempat wisata di Palembang yaitu Pulau Kemarau yang dalam kegunaannya tempat ini dipakai untuk beribadah, rekreasi dsb.



B.     TUJUAN
Tujuan yang hendak kami capai dalam penulisan laporan ini adalah :
1.      Untuk menambah pengetahuan.
2.      Untuk menambah pengalaman.
3.      Untuk mengetahui tempat-tempat yang mempunyai fenomena agama.
4.      Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
5.      Dapat menambah kepercayaan terhadap adanya Tuhan.
6.      Dapat mengetahui objek peninggalan bersejarah di Pulau Kemaro.
7.      Bermanfaat dalam menambah pengetahuan mengenai seputar objek wisata.















BAB II
PEMBAHASAN

A.    FAKTA HISTORIS
Asal usulnya yaitu dahulu kala ada seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar dari Tiongkok yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang. Lalu Siti Fatimah diajak kedaratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun An. Setelah disana beberapa waktu Tan Bun An bersama istri pamit pulang ke Palembang dan di hadiahi oleh mertuanya 7 buah guci.
Sesampai di perairan Musi dekat Pulau Kemarau (Kemaro), Tan Bun An ingin melihat hadiah apa yang diberikan oleh mertuanya. Begitu di buka Tan Bun An kaget sekali isinya adalah sawi-sawi asin, tanpa banyak berpikir guci itu langsung dibuangnya ke sungai. Tapi saat pembuangan guci terakhir, guci itu terjatuh dan pecah diatas perahu layar. Ternyata ada hadiah lain yang tersembunyi di bawahnya yaitu emas, berlian dan barang berharga lainnya.
Melihat hal itu, Tan Bun An tanpa berpikir dua kali ia langsung terjun melompat ke sungai untuk mengambil guci-guci yang telah dibuangnya tadi. Sang pengawal pun ikut terjun untuk membantu sang pangeran. Tetapi Siti Fatimah menunggu dan melihat kalau pangeran dan pengawal itu tidak muncul-muncul. Bosan menunggu Siti Fatimah pun ikut terjun untuk mencoba membantu. Namun, alhasil ketiganya tidak muncul lagi. Sang dayang yang setia kepada putri pun atas kesetiaannya juga ikut terjun.
Selepas hal itu, munculah suatu pulau yang dinamakan Pulau Kemarau (yang katanya pulau ini terbentuk dari kematian mereka). Alasan diberi nama ini karena setinggi apapun air sungai meluap, pulau itu tidak pernah kemasukan air (tetap kering). Penduduk sekitar pulau sering mendatangi Pulau Kemarau untuk mengenang ke-4 orang tersebut dan tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat.
B.     DATA VISUAL
Untuk  mencapai lokasi yang dituju yaitu Pulau Kemarau kami memakai perahu kecil melewati sungai Musi. Selama kurang lebih ½ jam, kami baru dapat sampai disana. Sesampainya disana kami disambut dengan gerbang selamat datang yang terdiri dari dua gerbang yang terpisah dengan jarak sekitar 200 meter. Sebelum masuk ke aula kami pun disambut dengan bongkahan batu yang berisi legenda dari Pulau Kemarau.
Lalu  kami berkumpul di aula depan tempat ibadah. Sambil menuunggu, kami pun berkeliling lokasi untuk melihat-lihat. Di perjalanan kami melihat sebuah pagoda kecil, lalu tempat sembahyang di bagian utara, jalan lagi ke dalam kami pun melihat pagoda yang berjumlah sembilan lantai. Namun sayangnya pagoda ini tidak dibuka untuk umum untuk menghindari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang hanya bisa merusak tempat yang harusnya dilestarikan.
Di depan pagoda itu terdapat dua patung singa sebagai penghias atau dianggap sebagai penjaga dari pagoda itu. Bersebrangan dengan itu juga ada tatakan semen yang bergambarkan ke-12 shio, serta ada yang bergambarkan tentang karakter cerita kera sakti dulu yakni yang terdiri dari Biksu Tong Sam Cong (Utusan dewa untuk mengambil kitab suci), Sun Go Kong (Kera Sakti), Ti Pa Kai (Babi yang hanyut dalam dunia percintaan), Wu Cing (Penjaga atau hantu air), Dewi Kuan Im (Dewi yang membantu perjalanan mereka).
Di sebelah pagoda itu juga terdapat patung Budha Maitreya yang besar dimana Budha ini diyakini akan datang saat dunia akan berakhir. Lalu apabila kita berjalan mengarah kebelakang lagi, kita akan menemui sebuah pohon beringin tua yang dipanggil dengan nama “Pohon Cinta”. Sebenarnya pohon ini hanya pohon biasa, namun bagi mereka yang datang kesini memiliki keyakinan tersendiri bahwa pohon ini merupakan pohon cinta yang apabila datang berdua dengan pasangannya akan membuat hubungan mereka menjadi awet atau langgeng.
Lebih mengarah ke belakang kita akan menemui patung dua ekor panda yang sedang bermain. Kurang tahu juga ada cerita apa dibalik patung tersebut. Apakah hanya sebagai hiasan atau ada makna yang lainnya.
Setelah puas berkeliling, kami berkumpul lagi di aula. Dipandu dan diajak masuk ke dalam aula melewati pintu belakang sesampainya di aula bagian depan, kami diajak melihat tiga buah gundukan tanah yang diyakini sebagai kuburan. Kuburan di tengah merupakan kuburan dari sang pangeran dan putri lalu kuburan yang disebelah kiri merupakan kuburan dari si pengawal dan yang  disebelah kanan merupakan kuburan dayang. Suasana di aula ini sangat tenang dan damai. Tidak ada keributan yang diizinkan berada dalam ruangan ini.
Lalu, kami beranjak ke bagian aula belakang, disana lokasinya lumayan gelap dan kami mendapati ada kuburan di atas meja. Kuburan ini biasa dipakai orang yang berkunjung untuk berdoa dan menancapkan garunya di tempat ini. Tetapi ada hal yang sedikit unik dari kuburan ini. Konon ceritanya, kuburan ini awalnya tidak terlalu besar tetapi entah kenapa lama-kelamaan ia terus bertumbuh, hingga tempat peletakan garu itupun seolah bersatu dengan dirinya dan tidak dapat dilepaskan. Dan apabila kita amati dengan saksama, kita akan menemukan bahwa masih ada sisa-sisa garu yang menancap pada kuburan ini.
Saya akan memberitahukan penjelasan tentang data visual tempat-tempat atau bangunan yang ada di Pulau Kemarau :
1.      Pagoda
Karena banyak masyarakt Tionghoa yang datang untuk sembahyang kesini, bahkan dari luar Palembang, maka melalui yayasan dibangunlah pagoda ini melalui konsorsium. Pembangunan pagoda ini sendiri selesai pada tahun 2006. Menurut penjaga tempat ini, pagoda ini belum digunakan sebagai tempat sembahyang malainkan hanya di gunakan sebagai tempat wisata bagi para pengunjung yang ingin berekreasi di Pulau Kemarau tersebut.


2.      Kelenteng
Kelenteng merupakan istilah dalam bahasa Indonesia yang khusus untuk menyebut rumah ibadat yang di gunakan oleh masyarakat cina (Tionghoa) untuk malaksanakan ibadat sembahyang kepada Dewa Dewi dan para arwah leluhur berkaitan dengan ajaran Konfusianisme, Taoisma dan Budhaisme. Pada saat perayaan Capgome menandai puncak Tahun Baru Imlek (Sin Cia) di Pulau Kemaro, di kelenteng inilah dilakukan sembahyang Dewa Bumi dengan mengurbankan seekor kambing hitam di Kelenteng Hok Ceng Bio.
3.      Patung budha Julai
Patung budha julai di sini mungkin di bangun lebih sebagai penghormatan terhadap sang budha yang telah menyebarkan agama budha serta sebagai simbolis bahwa ditempat itu yang berkembang ajaran budha.
4.      Makam Tan bun an dan Siti Fatimah
Konon katanya setelah mereka menceburkan diri di sungai musi Dan hingga kini, jasad mereka berdua, dipercaya bersemayam di Pulau Kemarau tersebut, sebuah delta yang menyembul di tengah-tengah Sungai Musi. Yang menyebabkan Pulau ini melegenda, karena, konon diatas makam kedua mempelai tersebut secara ajaib menyembul batu karang alami, sementara di mana-mana di lokasi Pulau Kemarau yang lain, tidak terdapat batu karang.
5.      Pohon Cinta
Pohon Cinta Konon, siapaun yang belum bertemu jodoh atau pasangannya, tinggal mengukirkan namanya di pohon tersebut, dan tak lama lagi jodoh pun menghampiri. Atau, untuk pasangan yang berniat mengikat cinta sehidup semati, dianjurkan menuliskan nama mereka berdua di cabang-cabang pohon tersebut, konon dijamin awet, langgeng seumur hidup. Mengenai kebenaran mitos ini, terserah bagaimana kita semua menyikapinya.


C.    PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
Tempat ibadah pada umumnya, namun tempat ini juga dijadikan sebagai tempat rekreasi. Adapula orang yang datang ke pulau ini untuk mencari rezeki (pemberian dari dewa yang dapat melancarkan usahanya) serta ada yang memanfaatkan tempat ini sebagai tempat untuk meramal nasib.
D.    NILAI-NILAI EDUKATIF
Dari kunjungan kami di Pulau Kemarau kami disini belajar banyak terutama belajar tentang pentingnya agama bagi kita, karena dengan agama kita dapat dituntun ke jalan yang benar dan jauh dari hal-hal yang jahat. Tempat-tempat yang terdapat di pulau kemarau memang menyimpan nilai-nilai edukatif yang berkaitan erat dengan legenda, mitos, ramalan dan magi. Untuk tempat yang berkaitan dengan legenda yaitu patung Dewi Kuan In dan Dewa Matahari, sedangkan tempat yang berhubungan dengan ramalan yaitu terdapat disalah satu ruangan di dalam kelenteng yang berfungsi sebagai tempat meramal seseorang. Untuk yang berkaitan dengan mitos mungkin lebih mengarah ke makam Tan Bun An dan Siti Fatimah.
Di Pulau Kemarau ini orang-orang tidak boleh sembarang bicara. Karena ada anggapan bahwa hal yang diucapkan akan terjadi. Juga tidak boleh mengambil barang apapun dari pulau tersebut karena apabila kita berbuat demikian maka kita mendapatkan hukuman yang akan berhenti sampai barang tersebut dikembalikan. Lalu apabila ingin pergi ke sana maka harus dengan sepenuh hati, tidak boleh bimbang. Dan yang terakhir yaitu apabila kita meminta rezeki dari tempat itu maka kita harus mengembalikannya tepat waktu beserta bunganya, apabila dilanggar maka kita akan menerima kompensasinya.
E.     REFLEKSI PRIBADI TERHADAP FENOMENA
Pelajaran yang dapat diambil yaitu setiap tempat memiliki aturannya tersendiri dan kita sebagai pengunjung harus mematuhi peraturan itu serta turut merawatnya. Dari sini saya juga belajar untuk lebih mengendalikan pikiran, perbuatan dan perkataan saya, karena selain menghormati setiap bangunan bersejarah dimanapun itu berada, juga mengurangi resiko untuk mendapati hal-hal yang tidak diinginkan. Akulturasi budaya, yaitu budaya cina dan budaya asal (Palembang). Lebih tahu mengenai fenomena agama yang nampak. Contoh tanah tumbuh yang ada di dalam kelenteng.

























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Agama dan kepercayaan menunjukan ikatan yang saling terkait. Tetapi kita sebagai makhluk yang beragama juga tidak dapat menerima begitu saja kepercayaan beserta peraturan yang disampaikan, karena sekarang kita memiliki agama yang merupakan pedoman bagi kita. Pedoman untuk kita bertindak dan berperilaku dan menafsirkan apa yang terdahulu coba untuk diungkapkan.
Dengan mempelajari kepercayaan yang berkembang disuatu tempat kita akan mengetahui bahwa banyak sekali hal-hal yang menurut kita asing juga aneh. Hal itu yang telah dilakukan oleh yang terdahulu kita sebenarnya memiliki arti baik yaitu mengajarakan kita untuk saling menghargai satu dengan yang lainnya dan memiliki perilaku serta sikap yang baik. Disetiap tempat memiliki peraturan tersendiri yang membedakan dari tempat yang lainnya, maka dari itu kita harus menghormati setiap tempat ada.
B.     SARAN
1.      Kita harus senantiasa menghormati dan menjaga tempat-tempat yang bersejarah ataupun tempat lain yang kita temui (misal hutan, sungai, dsb).
2.      Kita tidak boleh sembarangan berucap kata, tidak hanya pada tempat yang dianggap memiliki pengaruh magis yang kuat namun juga disetiap aktifitas kita sehari-hari.
3.      Jangan menantang kuasa lain disekitar kita. Karena meskipun mereka tidak kelihatan tapi percaya tidak percaya, mereka sungguh nyata ada.
4.      Apabila memungkinkan, kita tidak harus meminta kekayaan, kesehatan, ataupun yang lainnya pada makhluk lain di dunia. Kita sebagai umat beragama harusnya memegang teguh keyakinan kita. Karena kita yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan umat-Nya. Dia akan senantiasa bersama dan memberkati kita dengan berkat dan pengampunan-Nya yang tiada habis-habisnya.

5.      Beribadalah sesuai dengan agama yang diyakini, jangan ikut-ikutan teman ataupun pacar karena jalan hidup kita berada di tangan kita sendiri.

1 komentar:

  1. terdapat tempat-tempat bersejarah memang sudah sepatutnya untuk dilestarikan.

    BalasHapus