LAPORAN OUTING
CLASS PRIBADI
PULAU
KEMARAU
Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah
FENOMENOLOGI
AGAMA
Dosen Pembimbing :
DISUSUN
OLEH :
NAMA : NGAKAN
NYOMAN DIARSE
NIM :
1213001
JURUSAN :
TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH
TINGGI TEKNIK MUSI PALEMBANG
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
Alamat: Jln. Bangau no. 60
Palembang
Tahun
Ajaran 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, kami
dapat menyusun laporan hasil study lapagan yang telah dilaksanakan pada hari minggu tanggal 15 Desember 2013. Tidak
kami pungkiri bahwa segala kekurangan berada di dalam laporan kami,
maka dari itu kami terus mengharapkan masukan-masukan untuk hasil laporan kami
ini.
Di dalam laporan ini, kami rangkum semua hasil penelitian kami di Pulau
Kemarau. Kami
harapkan dengan adanya laporan ini, dapat menjadi acuan dan sumber informasi
untuk semua orang. Kritik dan saran dapat membantu penyempurnaan
penyusunan laporan selanjutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat berguna bagi teman-teman kampus dan
dunia pendidikan
pada umumnya.
Palembang, Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Begitu banyak agama yang terkenal
dan dianut banyak orang di dunia
ini baik agama yang telah dideklarasikan oleh pemerintah ataupun
kepercayaan-kepercayaan lain yang bermacam-macam bentuknya dan upacaranya.
Agama dan kepercayaan berkembang
dengan sangat cepat dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak orang memahami bahwa
agama dianggap sebagai suatu pedoman dalam menjalani hidup. Namun, tak banyak
pula orang yang meyakini bahwa ada kehidupan lain selepas kita meninggalkan
dunia ini.
Maka dari itu banyak kepercayaan
yang menafsirkan tentang kehidupan setelah kematian dengan cara yang berbeda.
Semua hal ini diwujudkan baik objeknya ataupun implementasinya diarahkan tanpa
terlepas dari keyakinan setiap agama ataupun kepercayaan dalam mencapai suatu
yang dinamakan “Yang Transenden”.
Selain itu agama juga dijadikan
sebagai tolak ukur dari dinamika kehidupan yang terus berkembang dari hari ke
harinya sehingga setiap agama juga mengajarkan semua umatnya untuk berpikir
kritis dan realistis terhadap setiap fenomena yang ada. Baik fenomena yang
berasal dari peninggalan bersejarah maupun tempat-tempat yang dipercaya
memiliki kemampuan mistis, dsb.
Untuk mengamati tentang hal itu,
penulis akan membahas tentang agama, kepercayaan yang berkembang di salah satu
tempat wisata di Palembang yaitu Pulau Kemarau
yang dalam kegunaannya tempat ini dipakai untuk beribadah, rekreasi dsb.
B.
TUJUAN
Tujuan yang hendak kami capai
dalam penulisan laporan ini
adalah :
1.
Untuk
menambah pengetahuan.
2.
Untuk menambah pengalaman.
3.
Untuk mengetahui tempat-tempat yang mempunyai fenomena agama.
4.
Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air
dan bangsa.
5.
Dapat menambah kepercayaan terhadap adanya Tuhan.
6.
Dapat mengetahui objek peninggalan bersejarah
di Pulau Kemaro.
7.
Bermanfaat dalam
menambah pengetahuan mengenai seputar objek wisata.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FAKTA HISTORIS
Asal usulnya yaitu dahulu kala ada
seorang putri raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar
dari Tiongkok yang bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang. Lalu Siti
Fatimah diajak kedaratan Tiongkok untuk melihat orang tua Tan Bun An. Setelah
disana beberapa waktu Tan Bun An bersama istri pamit pulang ke Palembang dan di
hadiahi oleh mertuanya 7 buah guci.
Sesampai di perairan Musi dekat
Pulau Kemarau (Kemaro), Tan Bun An ingin melihat hadiah apa yang diberikan
oleh mertuanya. Begitu di buka Tan Bun An kaget sekali isinya adalah sawi-sawi
asin, tanpa banyak berpikir guci itu langsung dibuangnya ke sungai. Tapi saat
pembuangan guci terakhir, guci itu terjatuh dan pecah diatas perahu layar.
Ternyata ada hadiah lain yang tersembunyi di bawahnya yaitu emas, berlian dan
barang berharga lainnya.
Melihat hal itu, Tan Bun An tanpa
berpikir dua kali ia langsung terjun melompat ke sungai untuk mengambil
guci-guci yang telah dibuangnya tadi. Sang pengawal pun ikut terjun untuk
membantu sang pangeran. Tetapi
Siti Fatimah menunggu dan melihat kalau pangeran dan pengawal itu tidak
muncul-muncul. Bosan menunggu Siti Fatimah pun ikut terjun untuk mencoba
membantu. Namun, alhasil ketiganya tidak muncul lagi. Sang dayang yang setia
kepada putri pun atas kesetiaannya juga ikut terjun.
Selepas hal itu, munculah suatu
pulau yang dinamakan Pulau Kemarau (yang katanya pulau ini terbentuk dari
kematian mereka). Alasan diberi nama ini karena setinggi apapun air sungai
meluap, pulau itu tidak pernah kemasukan air (tetap kering). Penduduk sekitar
pulau sering mendatangi Pulau Kemarau untuk mengenang ke-4 orang tersebut dan
tempat tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat keramat.
B.
DATA VISUAL
Untuk mencapai lokasi yang dituju yaitu Pulau
Kemarau kami memakai perahu kecil melewati sungai Musi. Selama kurang lebih ½
jam, kami baru dapat sampai disana. Sesampainya disana kami disambut dengan
gerbang selamat datang yang terdiri dari dua
gerbang yang terpisah dengan jarak sekitar 200 meter. Sebelum masuk ke aula
kami pun disambut dengan bongkahan batu yang berisi legenda dari Pulau Kemarau.
Lalu kami berkumpul di aula depan tempat ibadah.
Sambil menuunggu, kami pun berkeliling lokasi untuk melihat-lihat. Di
perjalanan kami melihat sebuah pagoda kecil, lalu tempat sembahyang di bagian
utara, jalan lagi ke dalam kami pun melihat pagoda yang berjumlah sembilan lantai. Namun sayangnya
pagoda ini tidak dibuka untuk umum untuk menghindari oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab
yang hanya bisa merusak tempat yang harusnya dilestarikan.
Di depan pagoda itu terdapat dua patung singa sebagai
penghias atau dianggap sebagai penjaga dari pagoda itu. Bersebrangan dengan itu
juga ada tatakan semen yang bergambarkan ke-12 shio, serta ada yang
bergambarkan tentang karakter cerita kera sakti dulu yakni yang terdiri dari
Biksu Tong Sam Cong (Utusan dewa untuk mengambil kitab suci), Sun Go Kong (Kera
Sakti), Ti Pa Kai (Babi yang hanyut dalam dunia percintaan), Wu Cing (Penjaga atau hantu air), Dewi Kuan
Im (Dewi yang membantu perjalanan mereka).
Di sebelah pagoda itu juga terdapat
patung Budha Maitreya yang besar dimana Budha ini diyakini akan datang saat
dunia akan berakhir. Lalu apabila kita berjalan mengarah kebelakang lagi, kita
akan menemui sebuah pohon beringin tua yang dipanggil dengan nama “Pohon
Cinta”. Sebenarnya pohon ini hanya pohon biasa, namun bagi mereka yang datang
kesini memiliki keyakinan tersendiri bahwa pohon ini merupakan pohon cinta yang
apabila datang berdua
dengan pasangannya akan membuat hubungan mereka menjadi awet atau langgeng.
Lebih mengarah ke belakang kita
akan menemui patung dua
ekor panda yang sedang bermain. Kurang tahu juga ada cerita apa dibalik patung
tersebut. Apakah hanya sebagai hiasan atau ada makna yang lainnya.
Setelah puas berkeliling, kami
berkumpul lagi di aula. Dipandu dan diajak masuk ke dalam aula melewati pintu belakang
sesampainya di aula bagian depan, kami diajak melihat tiga buah gundukan tanah
yang diyakini sebagai kuburan. Kuburan di tengah merupakan kuburan dari sang
pangeran dan putri lalu kuburan yang disebelah kiri merupakan kuburan dari si pengawal dan yang disebelah kanan merupakan kuburan dayang.
Suasana di aula ini sangat tenang dan damai. Tidak ada keributan yang diizinkan berada
dalam ruangan ini.
Lalu, kami beranjak ke bagian aula
belakang, disana lokasinya lumayan gelap dan kami mendapati ada kuburan di atas
meja. Kuburan ini biasa dipakai orang yang berkunjung untuk berdoa dan
menancapkan garunya di tempat ini. Tetapi ada hal yang sedikit unik dari
kuburan ini. Konon ceritanya, kuburan ini awalnya tidak terlalu besar tetapi
entah kenapa lama-kelamaan ia terus bertumbuh, hingga tempat peletakan garu itupun
seolah bersatu dengan dirinya dan tidak dapat dilepaskan. Dan apabila kita
amati dengan saksama, kita akan menemukan bahwa masih ada sisa-sisa garu yang
menancap pada kuburan ini.
Saya akan memberitahukan penjelasan tentang data visual
tempat-tempat atau bangunan yang ada di Pulau Kemarau :
1.
Pagoda
Karena banyak masyarakt Tionghoa
yang datang untuk sembahyang kesini, bahkan dari luar Palembang, maka melalui
yayasan dibangunlah pagoda ini melalui konsorsium. Pembangunan pagoda ini
sendiri selesai pada tahun 2006. Menurut penjaga tempat ini, pagoda ini belum
digunakan sebagai tempat sembahyang malainkan hanya di gunakan sebagai tempat
wisata bagi para pengunjung yang ingin berekreasi di Pulau Kemarau tersebut.
2.
Kelenteng
Kelenteng merupakan istilah dalam
bahasa Indonesia yang khusus untuk menyebut rumah ibadat yang di gunakan oleh
masyarakat cina (Tionghoa) untuk malaksanakan ibadat sembahyang kepada Dewa Dewi dan para arwah
leluhur berkaitan dengan ajaran Konfusianisme, Taoisma dan Budhaisme. Pada saat perayaan
Capgome menandai puncak Tahun Baru Imlek (Sin Cia) di Pulau Kemaro, di kelenteng inilah
dilakukan sembahyang Dewa Bumi dengan mengurbankan seekor kambing hitam di
Kelenteng Hok Ceng Bio.
3.
Patung
budha Julai
Patung budha julai di sini mungkin
di bangun lebih sebagai penghormatan terhadap sang budha yang telah menyebarkan
agama budha serta sebagai simbolis bahwa ditempat itu yang berkembang ajaran
budha.
4.
Makam
Tan bun an dan Siti Fatimah
Konon katanya setelah mereka
menceburkan diri di sungai musi Dan hingga kini, jasad mereka berdua, dipercaya
bersemayam di Pulau Kemarau tersebut, sebuah delta yang menyembul di
tengah-tengah Sungai Musi. Yang menyebabkan Pulau ini melegenda, karena, konon
diatas makam kedua mempelai tersebut secara ajaib menyembul batu karang alami,
sementara di mana-mana di lokasi Pulau Kemarau yang lain, tidak terdapat batu
karang.
5.
Pohon
Cinta
Pohon Cinta Konon, siapaun yang belum bertemu jodoh atau pasangannya, tinggal mengukirkan
namanya di pohon tersebut, dan tak lama lagi jodoh pun menghampiri. Atau, untuk
pasangan yang berniat mengikat cinta sehidup semati, dianjurkan menuliskan nama
mereka berdua di cabang-cabang pohon tersebut, konon dijamin awet, langgeng
seumur hidup. Mengenai kebenaran mitos ini, terserah bagaimana kita semua
menyikapinya.
C.
PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL
Tempat
ibadah pada umumnya, namun tempat ini juga dijadikan sebagai tempat rekreasi.
Adapula orang yang datang ke pulau ini untuk mencari rezeki (pemberian dari
dewa yang dapat melancarkan usahanya) serta ada yang memanfaatkan tempat ini
sebagai tempat untuk meramal nasib.
D.
NILAI-NILAI EDUKATIF
Dari kunjungan kami
di Pulau Kemarau kami disini belajar banyak terutama belajar tentang pentingnya
agama bagi kita, karena dengan agama kita dapat dituntun ke jalan yang benar
dan jauh dari hal-hal yang jahat. Tempat-tempat yang terdapat di
pulau kemarau memang menyimpan nilai-nilai edukatif yang berkaitan erat dengan legenda, mitos, ramalan dan magi. Untuk
tempat yang berkaitan dengan legenda yaitu patung Dewi Kuan In dan Dewa Matahari, sedangkan
tempat yang berhubungan dengan ramalan yaitu terdapat disalah satu ruangan di
dalam kelenteng yang berfungsi sebagai tempat meramal seseorang. Untuk yang
berkaitan dengan mitos mungkin lebih mengarah ke makam Tan Bun An dan Siti
Fatimah.
Di
Pulau Kemarau ini orang-orang tidak
boleh sembarang bicara. Karena ada anggapan bahwa hal yang diucapkan akan
terjadi. Juga tidak boleh mengambil barang apapun dari pulau tersebut karena
apabila kita berbuat demikian maka kita mendapatkan hukuman yang akan berhenti
sampai barang tersebut dikembalikan. Lalu apabila ingin pergi ke sana maka
harus dengan sepenuh hati, tidak boleh bimbang. Dan yang terakhir yaitu apabila
kita meminta rezeki dari tempat itu maka kita harus mengembalikannya tepat
waktu beserta bunganya, apabila dilanggar maka kita akan menerima
kompensasinya.
E.
REFLEKSI
PRIBADI
TERHADAP FENOMENA
Pelajaran yang dapat diambil yaitu
setiap tempat memiliki aturannya tersendiri dan kita sebagai pengunjung harus
mematuhi peraturan itu serta turut merawatnya. Dari sini saya juga belajar
untuk lebih mengendalikan pikiran, perbuatan dan perkataan saya, karena selain
menghormati setiap bangunan bersejarah dimanapun itu berada, juga mengurangi
resiko untuk mendapati hal-hal yang tidak diinginkan. Akulturasi budaya, yaitu budaya cina dan budaya
asal (Palembang). Lebih tahu mengenai
fenomena agama yang nampak. Contoh tanah tumbuh yang ada di dalam kelenteng.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Agama dan kepercayaan menunjukan
ikatan yang saling terkait. Tetapi kita sebagai makhluk yang beragama juga
tidak dapat menerima begitu saja kepercayaan beserta peraturan yang
disampaikan, karena sekarang kita memiliki agama yang merupakan pedoman bagi
kita. Pedoman untuk kita bertindak dan berperilaku dan menafsirkan apa yang
terdahulu coba untuk diungkapkan.
Dengan mempelajari kepercayaan yang
berkembang disuatu tempat kita akan mengetahui bahwa banyak sekali hal-hal yang
menurut kita asing juga aneh. Hal itu yang telah dilakukan oleh yang terdahulu
kita sebenarnya memiliki arti baik yaitu mengajarakan kita untuk saling
menghargai satu dengan yang lainnya dan memiliki perilaku serta sikap yang
baik. Disetiap tempat memiliki peraturan tersendiri yang membedakan dari tempat
yang lainnya, maka dari itu kita harus menghormati setiap tempat ada.
B.
SARAN
1. Kita
harus senantiasa menghormati dan menjaga tempat-tempat yang bersejarah ataupun tempat
lain yang kita temui (misal hutan, sungai, dsb).
2. Kita
tidak boleh sembarangan berucap kata, tidak hanya pada tempat yang dianggap
memiliki pengaruh magis yang kuat namun juga disetiap aktifitas kita
sehari-hari.
3. Jangan
menantang kuasa lain disekitar kita. Karena meskipun mereka tidak kelihatan
tapi percaya tidak percaya, mereka sungguh nyata ada.
4. Apabila
memungkinkan, kita tidak harus meminta kekayaan, kesehatan, ataupun yang
lainnya pada makhluk lain di dunia. Kita sebagai umat beragama harusnya
memegang teguh keyakinan kita. Karena kita yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak
akan meninggalkan umat-Nya. Dia akan senantiasa bersama dan memberkati kita
dengan berkat dan pengampunan-Nya yang tiada habis-habisnya.
5. Beribadalah
sesuai dengan agama yang diyakini,
jangan ikut-ikutan teman ataupun pacar karena jalan
hidup kita berada di tangan kita sendiri.
terdapat tempat-tempat bersejarah memang sudah sepatutnya untuk dilestarikan.
BalasHapus